--
0

Tangga Cahaya…
DI mataku, bumi dan langit dihubungkan dengan begitu banyak tangga. Hanya tangga, terbuat dari -entah apa bahannya– namun, sesuai dengan pengetahuanku, rasanya, mirip cahaya. Ya, cahaya. Agar mudah otakmu menerima gambaran yang kuberikan, maka, mungkin aku menyebutnya seperti cahaya neon (meskipun, menurutku, itu masih jauh dari apa yang kusaksikan ini).

Untuk mudahnya, maka kuberi nama saja itu tangga cahaya neon. Hanya saja, jika lampu neon itu menggunakan tabung, ini tidak. Hanya cahaya saja berpendar indah, berwarna-warni. Sungguh, seandainya saja kau bisa menyaksikannya, maka kau akan berjingkrak-jingkrak, atau malah terbengong-bengong, karena matamu menyaksikan pemandangan menakjubkan. Mungkin yang paling menakjubkan sejak kau mampu menikmati dunia ini.

Tetapi, sebentar, Kawan. Aku tak punya kekuatan yang mungkin bisa sedikit membantu orang lain, termasuk dirimu, untuk melihat apa yang kusaksikan. Jangankan kekuatan yang kuberikan, sedangkan aku sendiri saja tak tahu apakah ini sebuah kekuatan atau keanehan.

***

Sebentar, sebelum terlalu jauh aku meracau soal tangga ini, ada baiknya kau tahu sedikit ihwal semua ini.

Awalnya, seingatku, aku sakit keras. Mula-mula panas dan dingin menyerangku habis-habisan. Istriku mengira aku kena DB, lalu ketika dibawa ke dokter, dokter mengatakan gejala tipus. Lantas, ada seorang kawan membelikanku vermint, kapsul cacing tanah yang dikeringkan. Sembuh. Maksudku sejak kutelan obat itu, panasku berangsur-angsur turun, nafsu makanku meningkat, kemudian berkeringat dan tubuhku segar kembali.

Akan tetapi, baru kusadari beberapa saat kemudian, ada yang berubah dengan mataku; maksudku, pandanganku. Saat itu, aku dikunjungi Haji Beni, sahabatku. Dia berkunjung karena mendengar aku sakit panas. Dia orang baik, sangat baik, malah. Aku menjulukinya dengan sebutan saudara kembarnya Mas Danarto, yang seniman itu. Julukanku beralasan karena, baik gestur, wajah, maupun tutur sapanya, beda-beda tipis dengan Mas Danarto. Ketika kujuluki demikian, Beni tertawa saja, karena dia sendiri tidak kenal dengan Mas Danarto. Dia hanya berkomentar bahwa dia senang disamakan dengan seniman; dan bukan koruptor. Ah, Haji Beni…

Ketika mengunjungiku, waktu itu, wajahnya agak pucat. ”Capek, kurang tidur,” begitu jawabnya ketika kutanya. Namun, yang membuatku ternganga adalah kilasan-kilasan cahaya putih berpendar-pendar di atas kepalanya. Semula aku mengira lantaran mataku memang masih sulit menerima cahaya siang yang menyilaukan. Tetapi, karena cahaya di atas kepala Haji Beni hanya menggelimang dan membentuk sesuatu, aku jadi mulai percaya bahwa mataku melihat sesuatu.

Seminggu sejak kunjungannya, Haji Beni meninggal. Aku takziah di pagi hari itu. Ketika kira-kira 50 meter dari rumahnya, aku tertegun. Kusaksikan sebuah tangga cahaya bersinar lebih putih dan lebih berkilau daripada cahaya matahari, memancar dari atap rumah Haji Beni, lurus menembus awan dan… aku tak tahu di mana tangga itu berakhir. Orang-orang yang sudah lebih dulu hadir di sana sempat menyaksikan kecanggunganku, lalu menggamitku menuju jenazah Haji Beni dibaringkan. Aku duduk di samping jenazah sahabatku sambil memanjatkan doa. Dia orang baik. Wajah, dan sekujur tubuhnya memancarkan cahaya, dan rupanya dari situlah tangga cahaya yang kusaksikan di luar tadi itu, bermula.

***

Sejak itu, aku jadi sering menyaksikan tangga-tangga cahaya. Dan sejak saat itu, manakala aku melihat ada kelebatan-kelebatan cahaya di atas kepala seseorang, maka bisa kupastikan, tak lama lagi orang tersebut akan dipanggil Tuhan.

Maaf, bukan maksudku menakut-nakutimu. Sama sekali tidak. Dan pengetahuan semacam ini bisa kuperoleh, juga bukan karena mauku, apalagi cita-citaku. Untuk apa? Aku tiba-tiba diberi kemampuan melihat sesuatu yang biasanya tak kasat mata, dan aku tak mampu menolaknya. Entahlah, aku sendiri sering menyesal mengapa menceritakan peristiwa ini kepada orang lain. Karena sejak pertama kali kukisahkan penglihatanku ini kepada orang lain, tidak satu pun yang percaya. Kalau kau pun tak percaya, aku paham sepenuhnya.

***

Seperti kataku tadi, bumi dan langit di mataku memang dihubungkan dengan begitu banyak tangga cahaya, cahaya neon tanpa tabung. Bersembulan, timbul tenggelam, berpendaran siang malam, mengantarkan orang-orang baik kembali kepada Tuhan. Sungguh, ketika kupandangi itu semua, tak terasa air mataku meleleh. Keangkuhanku cair oleh keagungan luar biasa yang dipertunjukkan Tuhan kepadaku. Hanya saja, aku tak bisa begitu saja mengatakan dan menggambarkannya kepada siapa pun. Aku hanya bisa menunjukkan beberapa bagian saja, yang mungkin memiliki ”kata” sebagai wakilnya. Dan ”kata”’, sungguh bukan sesuatu yang benar-benar mampu mewakilinya, aku tahu itu.

***

Suatu kali, entah berapa waktu silam, aku diminta untuk datang ke rumah seseorang.

”Untuk apa, ya?”

”Begini. Saya hanya diminta untuk menjemput Bapak, soal ada kepentingan apa, saya tidak tahu,” ucapnya dingin, tetapi memaksa itu.

Kupandangi beberapa saat beberapa laki-laki berambut ijuk pendek dan bertubuh karang itu.

”Tapi… malam-malam begini?”

”Ini penting, maaf, saya hanya diperintah begitu.”

Hmm.. kata ”diperintah” ini yang membuatku gelisah. Aku paling tidak menyukai manusia yang hanya menjalankan perintah, tanpa tahu maksud tindakannya.

Dan beberapa saat kemudian, mataku menangkap kilatan-kilatan cahaya merah, seperti cahaya laser pointer, berkitar-kitar gelisah di atas kepala para lelaki itu.

Wajah mereka pun kelihatan menegang. Mungkinkah cahaya itu menandakan akan terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan, bahkan membahayakan mereka jika ”perintah” itu gagal dilaksanakan?

Dugaanku benar. Ketika aku sudah berada di rumah si ”pemerintah” yang minta ampun besar dan luasnya itu, kilatan-kilatan laser di kepala manusia karang itu lenyap. Bahkan yang tadi berkata dingin dan agak memaksa kepadaku itu, kini dengan keramahan yang kaku menawariku mau minum apa.

”Saya dengar Anda bisa meramalkan kematian?” begitu ucapan berat si pemilik rumah besar itu, begitu para lelaki karang itu meninggalkan ruangan.

”Yang bilang begitu siapa, Pak?”

”Lho, jadi untuk apa saya undang Anda malam ini…”

”Yaa… maaf, Pak. Izinkan saya pulang, kalau begitu.”

”Hahahaha…nanti dulu, sabar, saya bercanda, kok, hahahahaha…”

Kusaksikan seorang Farao merentangkan tangannya, menunggu tundukan kepala budak-budaknya. Aku tak tahu mengapa langkahku sampai di istana Firaun ini?

”Begini. Yang saya dengar, Anda bisa melihat tanda-tanda kematian seseorang. Betul?”

”Bapak mendengar dari siapa?”

”Tak ada asap jika tak ada api.”

Aku terdiam. Apa maunya? Dan karena aku terdiam, dia kemudian mulai berceloteh tentang hidup dan mati menurut keyakinannya. Aku sendiri tak yakin soal apa yang disebutnya keyakinan itu. Aku hanya melihat manusia gunung karang yang merasa sudah mampu menyundul awan karena ketinggiannya. Aku pun mulai diserang rasa mual, mendengar bualan manusia ini.

”Anda pernah mendengar Wahyu Cakraningrat, kan?”

Kutatap saja wajahnya yang di mataku kian tampak tolol itu. Kisah pewayangan itu tentu saja kuhafal luar kepala, karena aku sering nonton wayang kulit di masa kecilku.

”Siapa yang mendapatkan wahyu itu, kok, saya lupa.. Mmm…siapa, siapa?” tanyanya sambil memejamkan mata sementara jari-jarinya menjentik-jentik ke arahku, memaksaku ikut berpikir.

”Abimanyu, anak Arjuna…’

”Yaaaa… Tapi itu di wayang, di zaman kita ini, Anda tahu kepada siapa?” ucapnya setengah berbisik dan mimiknya penuh kebanggaan.

Kau tahu jawaban yang diharapkannya muncul dari bibirku, kan? Mungkin jika kau ada di sana malam itu, tinjumu akan melayang ke wajahnya yang dungu itu.

”Tapi Abimanyu mati dengan tubuh terajam anak panah,” jawabku dingin.

Dia terdiam, mungkin tak menyangka bahwa kata-kata itulah yang muncul dari bibirku.

”Jadi, Anda memang bisa meramalkan kematian seseorang. Jadi…” setelah agak lama dia terdiam, ”seperti itukah kematian saya?”

Sungguh, aku berada di puncak mualku. Kepalaku berkunang-kunang, lantaran mendengar bualan terbesar yang pernah kudengar selama hidupku.

”Pak, saya tidak pernah bisa meramalkan kematian seseorang…”

”Bagaimana jika saya merencanakan membunuh seseorang, apakah Anda bisa melihat tanda-tanda kematian orang itu?”

”Pak, maaf, saya lelah. Saya minta izin pulang. Maaf.”

”Bukankah kematian memiliki tanda-tanda, sebagaimana sebuah kelahiran… Hah? hahahahahaaa…Dan dengan mengetahui tanda-tandanya, bukankah kita bisa memindahkan, bahkan menolak kematian itu, hah? Bagaimana? Hahahahahaha…”

***

Bulan Desember, angin mendesau-desau, terkadang membawa hujan bercampur panas. Seringkali pula panas berhujan deras. Di sebuah siaran televisi kusaksikan sebuah perkampungan dengan sekelompok orang, mungkin seratus jiwa, tengah gelisah. Mereka mempersenjatai diri dengan apa saja yang mereka punya. Rumah mereka akan digusur. Menurut berita, mereka sebetulnya penduduk liar yang menempati kawasan milik seseorang. Lahan seluas puluhan hektare milik seorang manusia? Di sisi lain, ratusan atau bahkan ribuan orang yang tak punya segenggam pun tanah? Mengapa ini yang kusaksikan?

Dan demi kusaksikan di televisi, siapa si pemilik lahan, mendadak mualku bangkit lagi. Nyaris aku muntah di ruangan. Gelak tawanya seakan kembali terdengar di antara wawancara yang menggebu-gebu, soal hak dan kewajiban, soal keadilan dan entah apalagi. Segera kuraih remote.

Tetapi, sesaat sebelum remote kutekan dan mencari saluran lain, mataku menangkap sesuatu.

Di kepala mereka, manusia yang tengah gelisah itu, ah… kilatan cahaya berwarna-warni mulai berpendar-pendar. Berkilauan cahaya-cahaya itu mengitari kepala mereka masing-masing, bahkan di atas kepala seorang bayi yang tengah menyusu.

Air mataku tak terbendung lagi. Kusaksikan langit malam yang terang benderang oleh tangga-tangga cahaya, meliuk-liuk lurus menuju langit, indah, agung, mempesona, memukau, menyihirku.

***

Sudahlah, di mataku, saat ini, bumi dan langit dihubungkan oleh tangga-tangga cahaya. Tangga cahaya yang mengantarkan jiwa-jiwa yang tenang kembali kepada sang Maha Pencipta. ***

--
0


MENJELANG pertempuran terakhir yang menentukan, kami semua, para prajurit, bersiap. Mengumpulkan tenaga, mengerahkan jiwa-raga untuk mengakhiri habis-habisan benturan yang sudah berlangsung ratusan tahun ini.

Aku duduk di batang pohon kelapa yang mati disambar geledek. Di pangkuanku senjata, sisa-sisa peluru, rasa sakit, dan lelah yang sudah tidak aku pedulikan lagi. Bila subuh pecah dan matahari menyerakkan bara di langit timur, kami harus menyerbu. Hidup atau mati itu soal nanti. Roda sejarah ini tidak boleh berhenti.

Kawan-kawanku ada yang berbaring tidur untuk menikmati mimpinya yang mungkin tidak akan pernah lagi kembali. Ada yang menulis surat buat keluarganya meskipun dia tahu semua itu tidak akan pernah sampai. Di depan nyala api, komandan termenung seperti membaca apa yang akan terjadi.

Waktu itulah sebuah tangan menepuk pundakku. Setan datang dengan wajah yang gemilang. Lebih cantik dari semua bintang layar kaca atau bidadari di kelir wayang yang pernah aku tonton. Senyumnya menghancurkan seluruh duka yang bersembunyi di balik tulang dan urat-uratku yang sudah patah dan rengat. Dan baunya bukan main harum. Semerbak sehingga medan pertempuran yang anyir oleh bau darah itu berubah jadi kamar hotel berbintang sembilan yang sensual.

”Bang,” suaranya mendesah membasahi telinga.

Aku tak berani menoleh. Imanku sudah runtuh mendengar sapa yang menyengatkan listrik ribuan voltase itu.

”Bang, aku datang membawa pesan untukmu. Abang punya waktu sebentar aku ganggu?”

”Pesan apa?”

”Jangan memandang ke depan hanya sebatas pandang.”

”Kenapa? Apa yang bisa aku lakukan, aku hanya manusia biasa yang sudah bertahun-tahun tidak sempat tidur.”

”Kalau Abang hanya melihat yang ada di depan Abang, Abang hanya akan melihat sebuah tiang bendera. Paling banter Abang hanya akan kepingin menaiki tiang itu untuk mengibarkan bendera.”

”Betul, memang begitu.”

”Paling banter Abang hanya akan menikmati bendera itu mengibas-ngibas ditiup oleh angin yang bertiup membawa asap knalpot, sampah pabrik, dan debu-debu kotor yang penuh penyakit. Dalam waktu sekejap Abang akan sakit.”

”Tidak apa. Aku sudah biasa sakit. Tambah sakit lagi tidak akan berarti apa-apa. Sebentar lagi ini akan berakhir. Begitu rona merah menebarkan api di langit, pertempuran yang tidak seimbang ini akan memusnahkan kami semua. Tapi tidak apa. Demi merdeka jiwa-raga harus rela dikorbankan.”

”Itu bodoh. Itu tidak perlu terjadi. Abang harus terus hidup untuk mengalami apa yang akan terjadi. Untuk apa berjuang kalau hanya untuk mati?”

”Untuk merdeka.”

”Abang sudah tertipu! Lihatlah ke depan. Enam puluh lima tahun lagi, kalau Abang merdeka, Abang akan menyesali apa yang sudah Abang lakukan.”

”Kenapa?”

”Enam puluh tahun lagi dari sekarang, pohon-pohon itu akan ditebangi jadi jalan dan mall. Pencakar-pencakar langit akan menancap di setiap jengkal tanah di seluruh tubuh kota. Jalan layang melilit kota, tidak ada lagi yang akan sempat melihat pagi dan senja merah, karena langit sudah dihancurkan oleh dosa-dosa pembangunan. Di jalanan tidak ada lagi ruang bagi pejalan kaki dan sepeda, semua direbut oleh kendaraan mewah punya para konglomerat. Kehidupan ini bukan milik rakyat, tapi para pemimpin, ketua-ketua partai, dan para cerdik pandai yang nenjadi selebriti karena teori-teori kemanusiaannya yang luar biasa cerdas, tetapi tak pernah berpihak kepada kemanusiaan. Uang adalah dewa yang paling tinggi yang ingin dimiliki oleh semua orang dengan segala macam cara. Termasuk menipu, menindas, membunuh, juga mempergunakan ideologi, ilmu pengetahuan, kesenian, dan agama. Karena itu, terimalah ini. Aku diminta menyampaikan ini kepada Abang. Buanglah senjata yang tidak akan sempat meletus itu, karena senjata-senjata kuman sudah terlebih dahulu akan mematuk nyawa Abang. Kecuali kalau Abang terima ini!”

Setan mengulurkan sebuah cek.

”Berapa saja angka yang Abang taruh di atasnya, cek ini akan bunyi tetapi dengan satu syarat.”

”Aku harus meletakkan senjata? Tidak!”

”O tidak, tidak! Abang tak perlu meletakkan senjata, itu melanggar janji seorang prajurit. Tetap saja angkat senjata Abang dan kemudian tembakkan. Karena itulah gunanya senjata itu diberikan. Tapi jangan menembak ke arah depan. Karena musuh yang sebenarnya bukan di depan, tetapi di samping dan di belakang. Terutama di dalam diri Abang sendiri. Tembak semuanya itu, bersihkan musuh-musuh dalam selimut yang sudah membuat enam puluh lima tahun merdeka itu lebih neraka dari apa yang ada sekarang.”

Aku tercengang.

”Menembak ke dalam diriku sendiri?”

”Ke samping dan ke belakang juga.”

”Tapi, itu bunuh diri.”

”Bukan. Itu pembersihan rohani!”

”Itu berarti aku akan membunuh teman-teman seperjuanganku sendiri.”

”Bukan. Mereka itu musuh dalam selimut.”

Aku terkejut.

”Bagaimana, berkenan? Mohon jangan menolak, karena aku akan kecewa dan sedih.”

Setan tidak menunggu jawabanku. Dia langsung menjatuhkan diri ke pelukanku. Lalu mencium dengan mulutnya menempel seperti bekicot. Ciuman lengket itu membuat tubuhku meleleh. Pagutan tangannya adalah lengan-lengan gurita yang mengurung dan membelit sukma sehingga aku ringsek total.

Senjata itu terlepas dari tanganku, sementara cek yang diselusupkan ke kantung bajuku seperti tangan nakal yang merogoh liar kegairahanku, sehingga dalam ketegangan yang tak tertahan, aku tidak bisa bilang tidak. Aku terpanggang di dalam api setan. Aku melambung dilalap kenikmatan yang belum pernah kualami.

Apa yang lebih berharga lebih dari rasa bahagia. Apa aku harus menolak apa yang dikejar oleh semua orang dengan mengorbankan jiwa-raga dan kehormatannya, apalagi ia datang menyerahkan diri kepadaku tanpa syarat.

Aku kelenger. Belum pernah aku menikmati kenikmatan yang begitu panjang dan seakan-akan tidak akan pernah berakhir. Aku hanyut dan menyerah. Aku ingin berada di puncak kebahagiaan itu selama-lamanya.

Tetapi, tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundakku. Ketika aku terbangun, aku terperanjat. Di depanku, sahabat karibku berlumuran darah. Wajahnya begitu dekat, sehingga aku tepercik oleh darah yang menetes dari lubang peluru di dahinya. Ia membuka mulutnya tetapi begitu lemah, sehingga aku menempelkan telingaku untuk mendengar.

Bangun, tembak, jangan tidur, mereka menyerbu sebelum kita sadar, katanya, lalu langsung roboh. Aku gugup tapi berdiri. Sekitarku sudah menjadi lautan mayat. Semua temanku sudah tertembak mati. Tinggal aku sendiri yang luput karena sudah bermimpi atau memang aku disisihkan supaya katut menang, karena setan sudah memilih.

Lupa pada cek yang ada di kantung. Lupa pada gambar yang sudah ditempelkan setan di benakku tentang kebobrokan 65 tahun yang akan datang, aku angkat senjata. Tapi mana senjataku. Tanganku kosong, senjata entah di mana. Aku berteriak histeris, tapi suaraku ditelan kebekuan kalah. Aku berontak. Aku angkat tanganku, tapi tidak bisa, tanganku kaku. Aku menadahkan muka ke atas menjerit minta pertolongan.

Tiba-tiba, di atas sana aku lihat bendera sang saka berkibar di puncak tiang. Gagah dan bergelora dikibas-kibaskan angin. Negeriku sudah merdeka. Rakyat bebas. Aku meledak. Kesedihanku berubah jadi kegembiraan. Aku terlempar ke 65 tahun yang akan datang di tahun 2010. Terima kasih Tuhan!

Tapi, ketika memandang di sekitar, aku terperanjat. Hutan dan gunung gundul. Sungai kering dan laut terpolusi. Musim hujan tidak karuan. Bencana alam menghantam. Hujan, banjir, longsor tetapi hutan terbakar, gunung meletus, sumur bumi muncrat menenggelamkan kota dalam kubangan lumpur. Demam berdarah, flu babi, narkoba, kemiskinan, korupsi, gontok-gontokan agama, disintegrasi. Rakyat kelaparan sementara para pejabat sibuk bertengkar saling menyalahkan dan menghasut dialah yang paling tepat memimpin. Keos!

Lalu aku dengar setan tertawa.

Betul tidak, betul tidak apa yang aku aku katakan, kata setan. Tidak ada gunanya kemerdekaan. Kemerdekaan hanya buat orang kaya dan yang berkuasa. Kalian, 220 juta kawula, akan tetap menjadi budak yang tidak punya masa depan. Bukan kalian yang akan menulis sejarah tapi para konglomerat, petualang-petualang politik dan para elite yang melihat kehidupan dari balik teori-teori akademisnya yang abstrak.

Setan tertawa ngakak.

Aku jadi muak! Benci! Marah! Sumpek! Aku sumpahi, ludahi, hajar habis semua kebiadaban itu. Aku malu, aku luka, aku sakit!

Tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundakku. Ketika kubuka mata, anakku, Taksu, berdiri di depanku dan berbisik.

”Kalau kubiarkan dan pelihara terus kekesalan dan kebencian kepada para penindas, mereka yang pernah menderaku selama 27 tahun itu akan terus menyandera diri dan jiwaku. Aku ingin menjadi orang yang merdeka. Karenanya aku buang semua kebencian itu, sehingga aku benar-benar merasa sebagai orang yang bebas dan merdeka.”

Aku terkejut. Kupandang Taksu seperti melihat terowongan gelap.

”Apa? Coba ulangi!”

Taksu mengucapkan sekali lagi, sementara aku memejamkan mata. Kalimat-kalimat itu seperti ujung jarum yang menembus kuping dan masuk langsung ke hulu hatiku. Jantungku yang robek dijahitnya kembali. Sedang hulu hatiku yang tertutup dibukanya lebar-lebar agar udara yang segar berembus masuk mencuci pikiranku yang sumpek.

Begitu Taksu selesai bicara, kubuka mata seperti orang baru sadar dari pingsan. Aku seperti dilahirkan lagi. Segar, bersemangat, dan penuh dengan harapan. Entah dari mana perasaan yang indah itu begitu saja merasukiku. Itu pemaknaan yang baru terhadap kemerdekaan yang membuat horison menjadi berbeda. Luas, tak terbatas, dan siap untuk ditempuh sekali lagi. Luar biasa!

Aku tatap anakku dengan kagum.

”Kamu hebat sekali, Taksu! Sejak kapan kamu berpikir mulia begitu?”

Taksu membuka HP.

”Itu pesan Facebook dari Yulie Panthi, salah satu kawanku di FB.”

”Waduh, hebat sekali dia!”

”Itu kutipan dari ucapan Nelson Mandela.”

”Pemimpin Afrika Selatan itu?”

”Betul!”

”Wah, wah, wah! Hebat!”

”Yang hebat Nelson Mandela!”

”Tidak! Teman kamu dan kamu juga hebat! Hanya orang-orang yang hebat mengerti makna-makna yang hebat. Itu pemahaman kemerdekaan yang luar biasa, dewasa, dan mulia, yang sangat perlu direnungkan oleh seluruh bangsa Indonesia sekarang yang hatinya penuh benci, dengki, marah, dan berangasan!”

Taksu ketawa mengejek.

”Berarti Bapak juga hebat dong sebab memuji kalimat itu setinggi langit. Buat aku sih biasa-biasa saja. Kuno! Kata-kata mutiara bisa dibuat seratus biji dalam satu menit, tetapi bukan itu yang kita perlukan. Kita memerlukan tindakan. Indonesia di usia 65 sudah inflasi kata-kata mutiara. Sekecil apa pun, tetapi tindakan selalu lebih konkret dari kata-kata yang hanya akan menenggelamkan Bapak ke dalam mimpi siang! Good-bye!”

Sebaliknya, daripada membantah aku memejamkan mata kembali. Nelson Mandela sudah meniupkan angin baru yang membuat aku bebas, lega, dan lapang dada.

”Sekarang aku mengerti,” gumanku ketika istriku lewat mau ke dapur.

Seperti aku harapkan, dia berhenti.

”Mengerti apa?”

”Apa sejatinya makna kemerdekaan.”

”Apa?”

”Bebas.”

”Memang dari dulu begitu kan? Masak baru tahu? Makanya Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan kita. Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal mengenai pemindahan kekuasan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.”

”Dan apa sejatinya makna kebebasan?!”

”Apa?”

”Melupakan!”

Istriku terkejut.

”Melupakan? Masak?”

”Ya! Kelihatannya tidak mungkin, bahkan sepele. Tetapi nyatanya Nelson Mandela sudah membuktikan itu. Tak mungkin orang besar dari Afrika Selatan itu mampu bertahan disekap puluhan tahun di penjara, padahal usianya sudah uzur, sehingga ketika dibebaskan dia masih sehat jasmani dan rohani sehingga mampu memimpin sebagai presiden pertama Afrika Selatan!”

Lalu kuulangi Mandela seperti yang aku dengar dari Taksu.

”Kalau kubiarkan dan pelihara terus kekesalan dan kebencian kepada para penindas, mereka yang pernah menderaku selama 27 tahun itu, akan terus menyandera diri dan jiwaku. Aku ingin menjadi orang yang merdeka. Karenanya aku buang semua kebencian itu, sehingga aku benar-benar merasa sebagai orang yang bebas dan merdeka.”

Dewi, istriku, manggut-manggut.

”Hebat, mulia, dan sangat agung pikirannya kan, Bu?”

”Ya, iyalah Pak, orang besar memang pikirannya juga harus besar!”

”Lho, bukan orang besar saja. Orang kecil, rakyat jelata, seperti kita juga harus meneladani apa yang ditemukan oleh orang-orang besar itu. Karena itulah kita sebut dia pemimpin. Bukan hanya karena dia berdiri paling depan kalau kita berperang, itu sih wayang. Tetapi karena dia membuka makna-makna di dalam kehidupan, sehingga kita bisa melihat apa sebenarnya inti baik, buruk, adil, dan khususnya kemerdekaan itu. Tidak seperti kita sekarang di Indonesia ini yang sibuk membenci orang lain, meskipun memang pantas dibenci!”

Istriku termenung.

”Jadi Bapak setuju pada Mandela?”

”Lho bukan hanya aku yang sudah tua bangka ini, Bu. Bukan hanya kita yang sudah bangkotan karena kebanyakan makan garam ini saja. Anak kita, si Taksu yang masih mentah itu, juga setuju. Justru dia yang tadi membacakan pikiran agung Nelson Mandela itu kepadaku, sehingga aku seperti mendapat pencerahan. Begitu hebatnya arti kata-kata. Hanya kata-kata, tetapi cukup bisa mengubah perasaanku. Itu dia kehebatan seni. Pikiranku seperti dicuci bersih, plong sekarang oleh kebenaran yang diulurkan Mandela. Umpama Ibu hanya masak tempe-tahu atau ikan asin tok seperti biasanya, suamimu ini tidak akan sambat lagi. Perasaanku jadi tenang setelah mendapat siraman kebenaran dari Mandela. Batu pun rasanya sekarang enak!”

”Ah, Bapak kalau lagi senang suka melebih-lebihkan begitu.”

”Lho, aku serius! Ini penting sekali. Perubahan itu tidak dimulai dari penampakan jasmani, tetapi rohani. Kalau di dalam sini sudah bener, semuanya akan jalan. Tapi kalau di hati sudah rusuh dan kotor, apa saja, yang baik dan sudah adil juga jadi salah. Ya nggak?”

”Jadi Bapak sekarang pengikut Nelson Mandela?”

”Bukan, bukan, ini bukan kultus individu. Nelson Mandela tidak usah dipuja-puja. Dia juga manusia biasa. Tetapi pikirannya tentang kemerdekaan dan kebebasan itu sangat agung, perlu, harus, wajib, dan mesti kita laksanakan, kalau mau mengubah keadaan baik di Indonesia maupun di batin kita sendiri. Kita harus menjadi manusia yang merdeka, bebas, sehat, dan waras!”

Dewi menganguk-angguk.

”Sekarang aku ke tetangga dulu dan menyebarkan virus kemerdekaan dan kebebasan Nelson Mandela ini. Hal-hal yang baik tidak ada gunanya kalau tidak disosialisasikan! Ini ibadah!”

Aku bergegas keluar. Kutumpahkan ucapan Nelson Mandela itu, lengkap dengan kecap manisku. Aku pujikan usaha berpikir positif, yang konkret dan arif-bijaksana itu.

Tak cukup kepada beberapa tetangga, kusamper warung dekat rumah. Aku tularkan konsep kemerdekaan yang membebaskan perasaan itu kepada semua orang. Yang menyenangkan, hampir semua, setelah diberi penjelasan, keplok tangan, sepakat menganggap Nelson Mandela sudah memasok rumusan penting untuk membuka citra baru tentang apa itu merdeka.

Sore hari baru aku pulang. Ketika membuka pintu, terdengar suara azan dan beduk tanda buka puasa. Tepat sekali. Aku bergegas masuk, lalu nyruput teh manis panas yang sudah dihidangkan istriku. Nikmat. Tak ada yang lebih indah dari seteguk teh panas manis di ujung puasa. Perutku langsung gemeletuk minta diisi. Tapi ketika membuka tutup meja makan aku terkejut.

Tempe, tahu, dan ikan asin lagi.

”Kok hanya tempe-tahu dan ikan asin tok? Beribu-ribu kali aku sudah makan tempe-tahu dan ikan asin, Masak aku mesti makan semuanya itu sekali lagi sekarang sesudah 12 jam tidak makan dan minum? Mana pecel lelenya?”

Istriku cepat datang.

”Kenapa Pak?”

”Kenapa tempe-tahu dan ikan asin lagi. Tempe-tahu dan ikan asin tiap hari. Mana pecel lelenya? Aku kan sudah minta sekali ini pecel lele? Aku kan minta pecel lele?”

”Ya!”

”Mana?”

”Tapi?”

”Jangan tetapi! Pecel lele! Mana? Aku kan minta pecel lele, bukan tempe-tahu dan ikan asin! Pecel lele!”

”Ya Bapak memang minta pecel lele, tapi setelah itu Bapak bilang …”

”Pecel lele!”

”Tidak! Setelah minta pecel lele, Bapak bilang, kalau hati sudah plong, bersih, merdeka, dan lapang, apa pun jadi baik. Batu pun jadi enak!”

Aku tertegun.

”Aku bilang begitu?”

”Ya, Bapak bilang begitu!”

Aku terhenyak.

”Ya, ya sudah, kalau aku sudah bilang begitu, memang harus begitu. Nggak ada masalah. Tempe-tahu dan ikan asin juga enak kalau batu saja enak!”

Kontan kulupakan pecel lele, kembali pada Nelson Mandela. Tempe-tahu dan ikan asin itu aku andaikan dalam hati ikan reca-reca. Dengan garang aku lahap tempe-tahu dan ikan asin itu dengan nikmat. Peluh berleleran dari kepalaku. Istriku takjub seperti tak percaya.

”Bener nikmat?”

Nikmat sekali. Lalu aku berbisik mesra untuk membuktikan kenikmatanku.

”Besok pagi kita kabulkan permintaan Taksu yang sudah dua tahun kita tunda, karena khawatir dia ketularan budaya kemewahan. Kita belikan dia motor baru. Ibu tarik semua uang kita yang dipinjam oleh tetangga-tetangga, karena memang sudah lama betul belum dikembalikan.”

”Tidak bisa!”

”Lho, kenapa tidak? Tiga bulan lalu mestinya sudah mereka kembalikan!”

”Itu dia, Pak. Daripada aku tekanan batin sampai malas keluar rumah ketemu tetangga, karena kesal dicurigai mau nagih hutang-nagih hutang melulu, setiap aku keluar mau bersilaturahmi mereka langsung mencelup masuk, seperti ada hantu, takut akan aku tagih! Sudah berapa hari ini aku jadi segan keluar rumah. Supaya bisa bebas dari tekanan batin dan merdeka lagi, tadi aku datangi mereka dan bilang pada semuanya, ya sudah, hutang-hutangnya dilupakan saja semua. Jadi, sekarang aku sudah bisa tenang lagi seperti kata Nelson Mandela.”

Aku langsung berhenti makan. Tempe-tahu dan ikan asin itu terasa sekeras batu. Batu-batu itu mengganjal kerongkonganku sehingga aku tercekik.

”Ya Tuhan, alangkah beratnya memperjuangkan kemerdekaa. Tapi seberat-beratnya berjuang merebut kemerdekaan, ya Tuhan, alangkah beratnya hidup sesudah merdeka!” ***

--
0

Bagi anda yang memiliki dokumen dan ingin dibagi di blog, baik itu dalam format PDF, Word, dan lain sebagainya. terlebih dahulu silahkan sign up di www.scribd.com. Setelah itu

Setelah menyelesaikan proses pendaftaran, upload file yang akan ditampilkan tersebut di Scribd.

Setelah diupload, bisa dilakukan pengaturan terkait dengan data tersebut, yang mana bisa dibuat semacam "embed" dokomen seperti layaknya di youtube, tinggal taruh linknya saat posting di blog

Selamat mencoba.

--
0

Apa yang kalian pikirkan tentang satu kelas ? Mungkin menurut kalian , kelas hanya sekumpulan teman-teman yang selalu bersamamu di setiap jam pelajaran . Tapi menurutku kelas itu adalah “8E”




Ada Cinta Di 8e

Wed, 25 May 2011

By: Jocelin Junita Luke
Pelajar SMP.ST.KRISTOFORUS II
Jakarta

Apa yang kalian pikirkan tentang satu kelas ? Mungkin menurut kalian , kelas hanya sekumpulan teman-teman yang selalu bersamamu di setiap jam pelajaran . Tapi menurutku kelas itu adalah “8E”


Satu semester lebih telah ku-lewati di 8e dan bersama 8e , mendapat banyak pengalaman , pelajaran serta perubahan dari 8e . Aku tidak sangka 8e mempunyai cinta yang lebih banyak dari yang yang ku-kira . “Jose ! Ngapain lu ngelamun ?” ucap Oppie di tengah lamunan-ku . “Haha , nggak pp” jawabku dengan singkat . Oppie adalah teman baikku sekaligus teman sebangku-ku , aku tidak menyangka aku dan Oppie dapat bersatu di 8e . Hahaha , rasanya kata-kata ‘bersatu’ terlalu lebay .


“Cie !!! Ec ama Eg !!!” tiba-tiba suara sorakan itu terdengar keras , aku langsung merespon “Hah ? Ec ama Eg ?” . “Iya , baru tau lu ?” jawab Vina padaku . Oppie-pun menyusulku dengan respon yang tak kalah kaget dengan-ku . “Hah ? Emang beneren ?” . “Iya , gak percaya amet lu pada , Tanya aja ama Ec-nya sendiri” balas Vina sambil menunjuk EC yang berjalan menuju-ku . “Mang bener Ce ?” tanyaku yang dikelilingi rasa penasaran . “Iya , hehe” jawab-nya dengan senyuman malu di muka-nya . “Kok bisa Ce ??” spontan Oppie .

“Lu ngejek banget sih ppie” ucap Vina dengan jail . Ec sendiri hanya tertawa dengan pipi yang semakin memerah . Sebenarnya cowok yang bernama Eg itu tidak terlalu jelek , tapi tidak cakep sampai melebihi Kim Bum , hahaha . Eg hanya menang di bentuk badannya , bentuk badannya memang benar-benar ‘jadi’ atau ‘sispek’ . Satu jam pelajaran kami habiskan dengan topik “EC & EG”. KRING . Akhirnya suara bel itu datang dan mengembalikan semangat kita kembali . “Ec , lu buat gua cemburu” ucap Vina yang membuat kami dikelilingi tanda tanya . “Hah ? Emang gua ngapain lu ?” Tanya Ec dengan spontan .

“Iya , lu enak . Sekali suka langsung dapet . Giliran gua ? Huf..” ucap Vina dengan menampak-kan wajah kecewa . “Gua gk langsung dapet Vin” jawab Ec sambil merapikan poninya . “Tp pasti dapet Ce” jawab Vina . “Kalau gua boleh tau , lu suka siapa Vin ??” tanyaku dengan senyuman kecil . “G-i” jawab Vina dengan volume yang halus dan kecil . “Hah G-I ?!” ucap Nile yang tiba-tiba datang dan memcahkan keheningan diantara kami . “Ssst !!” teriak Vina dengan menempelkan telunjuknya pada bibir Nile .

Aku sih tidak sekaget Nile , karena yang aku tau Vina & G-i memang dekat. Apalagi Oppie dan Ec , mereka sudah tau dari sebelumnya . Akhirnya jam istrirahat itu-pun kami habiskan dengan topik tidak jauh beda dari sebelumnya . G-I adalah cowok yang bisa dibilang sangat bandel , dia memang manis bahkan sangat manis , tapi tak semanis sikapnya . Perlu diketahui , di 8e hampir semua disebut dengan singkatan seperti Ec , Eg , dan G-I .

Sejak itu , hampir semua yang kami bicarakan ber-topik “Vina & G-I ; Ec & Eg” . Sayang sekali hari itu Cathrine salah satu teman kami tidak masuk sekolah , sehingga sampai sekarang ia belum tau tentang hal ini . Menurutmu , apa yang dilakukan 8e saat pelajaran kosong ? Kadang , mereka kaum laki-laki menguji kemampuan mereka dalam ‘Break Dance’ & bermain “Sampah Ball” .

Sampah ball adalah permainan yang mereka buat dengan alat & bahan yang sangat simple , yaitu hanya dengan botol aqua yang kosong dan tong sampah yang disangkutkan pada suatu tempat yang tinggi . Sedangkan kaum perempuan tetap mengobrol bersama di satu tempat , seperti hal-nya wanita biasanya . Atau lebih dikenal dengan istilah ‘bergosip’ hehehe . Bagi 8e , waktu pelajaran kosong adalah bagian kecil dari surga kami . Yang pasti , 8e tidak akan melewatkan pelajaran kosong dengan sia-sia terutama kaum laki-laki . Semua itu kami lakukan seperti yang sekarang kami lakukan . Saat tadi guru memberi tahu bahwa guru kami tidak masuk , kami hanya diam dan menunjukkan wajah kecewa untuk menutupi kegembiraan kami .

Tetapi ketika guru piket sudah jauh dari kelas kami , kami-pun berteriak-teriak dan langsung melakukan aktivitas kami yang hiperaktif . Di tengah keributan yang kami buat , “Woi !! Semua diam !!” ucap Willy yang membuat kami mengunci mulut kami rapat-rapat . Tiba-tiba tampak Eg yang berjalan menghampiri kami dengan menyembunyikan kedua tangannya di belakang badannya . Menurutku Eg memegang sesuatu di kedua tangannya , dan sepetinya ia hendak meberikannya pada Ec .

Dan ternyta tebakanku BENAR , ia membawakan bunga buatan dari dasi dan memberikannnya pada Ec . Saat keheningan & pikiran kami terfokus pada Ec & eg , sorakan demi sorakan-pun timbul . Suara sorakan yang kencang itu dimanfaatkan oleh Eg untuk mengungkapkan isi hatinya , “Ec , lu mw gak jadi pacar gua ?” suara Eg sangatlah seperti kilat dan sangatlah kecil sehingga hanya dapat didengar oleh kami-kami saja . “Woi !! Apa ? Lu ngomong apa Ge ?? Gua gk denger” ucap Jason yang bertujuan untuk menjaili Eg , walaupun sebenarnya ia mendengar kata-kata yang barusan Eg ucapkan . “Ec , lu maw gak jadi pacar gua ?” ucap Eg dengan volume yang dibesarkan sedikit . Tetapi anak-anak yang lain tetap jail , “Apa ? masih nggak kedengeran !!” ejek Willy .

“Ah diem lu Will !!” ucap Eg yang menahan rasa malu . “Ah Eg cupu , banci kau !”sambung G-i dengan nada meremahkan . “Wah ngajak ribut lu Ge . Nih ya , dengerin semua !!” ucap Eg yang membuat kami mebuka telinga lebar-lebar . “GUA SUKA AMA LU , EC . LU MAU NGGAK JADI PACAR GUA ???” sambung Eg dengan teriak . Mendengar itu kami serentak kompak menyoraki Ec & Eg , dan di-iringi dengan suruhan kami pada Ec untuk menerima Eg . “Yaah , cupu lu Ge ! Kalah lu ama gua ! Gua brani ! Elu ?? Banci …” ucap Eg yang membuat G-I menggebrak meja , serentak kami pun diam .

“Gua ? Kalah ama lu ?? Gak level ..” ucap G-I yang tidak menerima perkataan Eg . Eg dan G-I memang terkenal sering berantem & mengejek , tetapi sebenarnya mereka sangatlah bersahabat .”Buktiin !!!” sorak Jason yang ada di dekatnya . “Gua buktiin !” ucap G-i yang langsung berdiri dan menuju ke-arah kami . Ia mendekati Vina , ia ber-lutut di hadapan Vina layaknya seorang pangeran di dongeng . “Vin , gua suka ama lu dari dulu , lu mau nggak jadi pacar gua ? gua beneren suka ama lu . Percayalah gua pasti akan jagain lu” ucap G-I sambil menampakkan senyuman mautnya . Menurutku siapa yang tidak meleleh dengan kata-kata seperti itu , lagian Vina juga menyukai G-i & sudah lama menunggu waktu ini .

“Lu serius ?” Tanya Vina yang masih ragu dengan semua ini . Aku yang melihatnya dari dekat sekejap langsung teriangat dengan kisah putri & pangeran di dongeng . “Gua serius , Vin” jawab G-I yang meyakinkan Vina , Ia pun mengepalkan & mengangkat tangan-nya serta mengeluarkan jari kelingkingnya . “Gua janji , gua akan jagain lu ! Janji” ucap G-I sambil menunggu balasan kelingking dari Vina .G-I memang terkenal jago dalam membuat kata-kata romantis , tapi bukan dalam arti gombal . Aku sempat bersahabat dengannya saat kelas 7 , jadi aku cukup mengetahui dia . “Iya , gua percaya” ucap Vina dengan senyuman manis di bibirnya . “Ber-arti gua diterima dong ?” Tanya G-i yang meyakinkan ucapan Vina .

Vina hanya menjawab dengan senyuman , tapi walaupun hanya dengan senyuman menurutku semua mengetahui apa maksud senyuman itu . “Selamat ya Vin” ucapku yang disusul dengan yang lain . Vina tetap saja hanya membalas dengan senyuman , mungkin ia hanya tersenyum untuk menutupi grogi yang dialami . “Nah , Vina kan udah jawab sekarang Ec dong yang jawab” ucap Willy dengan semangat . “Jadi gimana Ce ?” Tanya Eg dengan senyum khasnya . “Iya , gua mau” jawab Ec dengan nada yang tidak besar tapi tegas dan cukup didengar sekelas .

Eg membalas dengan senyuman lebar , aku yakin Eg sangat senang mendengar kata-kata itu dari Ec . “Cie !!!!!” hanya sorakan – sorakan itu lah yang mengisi menit-menit terakhir jam kosong . KRING . Bel tanda pergantian pelajaran pun berbunyi , kami mengetahui tapi kami tetap tidak peduli & tetap berfokus menyoraki mereka selama beberapa menit . BRAAAKKK . Sontak kami semua kaget mendengar gebrakan pintu itu . Kami langsung diam & berlari menuju tempat masing-masing ketika mengetahui bahwa yang menggebrak pintu itu adalah Pak Frans , guru yang mengajar di jam pelajaran sekarang tepatnya wali kelas 8e .

“KALIAN SEMUA DENGAR BEL TIDAK ?!?!” teriak Pak Frans dengan emosi tinggi . Kami semua hanya diam dan tertunduk , akhirnya hampir satu jam kami diguyur basah oleh ocehan & omelan Pak Frans . “Kalian jangan begitu lagi ! Dengar tidak ?!?!” Tanya Pak Frans di akhir omelan-nya . “Dengar paaak” jawab kami yang sudah letih mendengar ocehan-nya . “Oke , hari ini saya kan pindahkan tempat duduk kalian” ucap Pak Frans yang membuat kami berkata YES . Kami memang sudah sangat bosan dengan posisi duduk sekarang , apalagi aku .

Hampir 1 bulan aku mendengar radio colongan dari teman sebangku-ku . Teman sebangku-ku adalah orang yang suka menyanyi dengan volume yang sangat kecil dan dengan posisi tertunduk , astaga suram sekali aku duduk dengan-nya . Akhirnya Pak Frans mulai mengatur posisi tempat duduk , entah kebetulan atau memang jodoh . Pak Frans memindahkan Ec menjadi dengan Eg , dan Vina menjadi dengan G-i . Dan aku ?? Aku dipindahkan dengan orang yang tak kalah suram , si jenius 8e . Hahahaha , nasib-ku memang kurang baik . Tapi nasib 8e sangatlah baik , hari ini cinta telah mewarnai penuh kelas 8e . Dan sekarang ada cinta di 8e .

--
0

Aku hanya bisa menangis di sore hari yang sunyi . Aku nggak mungkin ke sini dengan penampilanku yang sebenarnya . Aku menangis dengan penampilan-ku yang palsu . Aku menangis di bawah pohon yang besar ini seakan-akan aku tak punya nyawa .

Di tengah suara tangisanku , “Hei , ngapain kamu disitu ?” Aku hanya terkejut dengan suara itu . “Hey , kamu nangis ?” Aku tambah terkejut setelah mengetahui bahwa orang itu adalah cowok yang kutangisi sekarang . Aku langsung mengusap air mata yang membasahi pipiku . “Nggak kok” kataku dengan tidak jujur . “Nggak mungkin , mata kamu merah gitu , tadi aku juga mendengar suara tangisan & disini coma ada kamu” ucap’a sambil duduk di sebelahku . Aku hanya bisa diam dengan detak jantungku yg semakin kencang . “Ya udah , kalo kamu nggak mau jawab” katanya dengan lesuh , tapi aku tetap diam walaupun aku merasa bersalah karena aku tak menjawab pertanyaannya .

Ia membuat mulutku menjadi lebih tidak bisa bergerak ketika Ia mengajakku berkenalan dan menanyakan namaku . Aku benar-benar tidak tau menjawab apa . Nggak mungkin dong aku bilang kalau aku itu Clairine , orang yang ia benci . Kalaupun aku bilang aku adalah Clairine , mungkin dia tak akan percaya & bahkan ia makin membenciku . “Alo ??? Kok diem sih ? Nama kamu siapa ?” tanyanya kembali . “Aku ? Aku Carine” jawabku yg membuatnya mengangguk tanda mengerti . “Ooo , Carine , Namaku Avel” ucapnya dengan senyuman , tapi aku tetap diam . “Kamu tinggal dimana ? Kayaknya kmu bukan anak komplek sini” badanku serasa digigit semut merah saat medengar Avel bertanya tentang itu . “Iya , aku memang bukan komplek sini” jawabku dengan takut . “Lalu ….” “aku pergi dulu ya , udah mau malem nih” ucapku yang memotong pembicaraannya serta langsung menaiki sepedaku dan pergi “Maaf aku memotong pembicaraanmu dan maaf aku bohong , Vel” batinku

“Avel , dia yang membuatku menangis , dia juga yg menghiburku” ucapku dalam hati . Avel adalah orang yang kucintai sejak SD kelas 6 sampai sekarang , aku berusaha melupakannya tapi aku tidak bisa walaupun dia telah menghiraukanku saat aku ingin mengungkapkan perasaanku , dan akhirnya aku memilih berjalan di jalan tengah yang banyak resiko’a . Saat aku berada di tengah jalan , aku berusaha membuang muka saat bertemu dengannya , aku memfitnahnya di depan yang lain & aku membicarakannya dari belakang . Dan sekarang aku sadar atas perbuatanku , aku ingin dia tau kalau itu coma main-main karena permainan yang telah kulakukan berakhir sia-sia . Aku kalah dalam permainan ini padahal aku sendiri yang membuat permainan ini , perasaan cinta yang terlalu besar me-menangkan permainan ini . Tadi siang , dia melewatiku lalu melemparkan sepucukkertas ....

KENAPA LU LAKUIN INI SEMUA , CLAIRINE ???

Disaat itu juga air mataku langsung turun setetes demi setetes , Aku hanya tertunduk dan selalu mengelap air mataku agar sahabatku tidak mengetahuinya . Aku langsung berlari sejauh-jauhnya . Aku tak taw harus menangis di mana , dengan siapa . Akhirnya aku mengikat rambutku menjadi dua , memakai kacamata besar , dan berdandan sebeda-bedanya dari pribadiku . Hanya dengan itu aku dapat menangis dengan bebas tanpa dikenali orang . Tetapi karena ide konyolku , Avel jadi bertemu Carine , nama samaran yang kupakai . Tapi pribadi Carine membuatku terhibur & membuatku berbohong .

Kebohongan itu Membuatku Nyaman

Aku hanya berdiri di bawah pohon besar & di tengah terik matahari , melihat panasnya saat itu . Panasnya saat itu membuat mataku mengekerut seperti dipijat . “Carine , kok disini sih ? Panas tau , nanti kamu sakit “ ucap Avel yang tiba-tiba datang dan meneduhkan keplaku dan kepalanya dengan jaket yg dibawanya . Detak jantungku langsung melaju drastis , aku hanya menampakkan wajah kaget kepadanya . “Kenapa kamu liatin aku gitu ?” tanyanya . “eh , nggak pp kok”ucapku yang langsung mengalihkan pandanganku dari mukanya . “Eh , duduk dibawah pohon aja yuk” ucapnya sambil menarik tanganku ke bawah pohon .

Setelah beberapa menit kita duduk duduk , tiba-tiba teman-teman Avel datang di hadapanku dan Avel . “Ciee , Avel .. Tuh siapa Vel ???” Tanya salah satu dari mereka. “Nggak ama si DIA lagi nih ???” sambung salah satunya lagi . “Apa ?” ucapku dlm hati. “Cantik juga Vel lu pilih gk kalah cantik ama Cla cla cla itu” sambung yang lain . “Cla ? Clarissa ?” batinku . Hatiku terus bertanya-tanya. “Apa-apaan sih lo ??? Kok lu pada bisa ada disini ?” Tanya Avel yg sama terkejutnya denganku . “Dari tadi kita udh cariin lu Vel , ternyata lu ada disni”ucap salah satu dr mereka. “Vel , aku pulang dulu ya . Bye” ucapku yang langsung pergi meninggalkan Avel & teman-temannya . “Tunggu Rine” ucap Avel disaat aku sudah menaiki sepedaku . Aku mendengarnya tp aku hanya menengok sebentar lalu pergi dengan sepedaku . “Apa yang maksud mereka ya ???” ucap batinku yg masih bertanya-tanya .

“Aku masih bingung dengan perkataan mereka , Cla ? Cla siapa ? Apa Clarissa ?” tanyaku dalam hati . Clarissa adlh cewek termanis yang pernah kutemui . Walaupun dia manja , tapi tetap saja senyuman manis dia nggak akan pernah hilang dari wajahnya . Dia juga menyukai Avel , sgt menyukainya . Mungkin Avel juga menyukai Clarissa . Walaupun mereka tak dekat .
“Loh loh loh ? Kok ada Clairine ? Pohon itu ? Itu kn pohon yg kemaren Avel dudukin ama cewek asing itu ? Apa jangan-jangan…” ucap seseorang yg bersembunyi di blkg tembok dr kejauhan
Aku merasa lega saat aku mengetahui bahwa Avel tdk ada , Siang ini aku pergi ke pohon ini tanpa kebohongan dlm tampilanku . Aku hanya merenung di sana , menenangkan hati di bawah pohon yg melindungiku dr sinar matahari . “Tadi sikap Avel aneh bgt ya , biasa dia bandel tp hari ini gak tuh” kataku sambil berpikir. Setelah hamper 1 jam akhirnya aku memutuskan untuk balik . PRANG . “Suara apa itu ?? apa ada orang ? Apa itu Avel ?” ucap batinku , aku pun langsung meninggalkan tempat itu buru-buru .

“Vel , tadi gua liat Clairine ke pohon itu” ucap teman Avel yg bernama Gio “Hah ? Pohon yg mana ???” Tanya Avel . “Pohon tempat lu ama cewek asing bertedu , tp dia gk pake sepeda” Jawab Gio . “Maksud lu ???” Tanya Avel yg dibuat bingung oleh Gio . “Avel , maksud gua siapa tau cewek asing itu Clairine . Muka mereka kn agak mirip” Jawab Gio meyakinkan . “Gk mungkin cewek asing itu namanya Carine” ucap Avel . “Nah ! namanya aja mirip . Coba lu pikirin deh” kata Gio sambil menepuk bahu Avel . “Bener juga ya kata Gio , nama’a mirip , muka’a .. , juga agak mirip . Apa bener ?? Klo bener knp hrs nyamar lalu bohong lagi … Aduh gk mungkin gk mungkin” batin Avel kebingungan .

Kebohongan itu Memberikanku Cinta

“Karena kebohongan yg kubuat , aku jadi selalu ingin kesini dengan keadaan seperti ini” ucapku dlm hati sambil tersenyum . Aku melihat cuaca sudah mendung , tp entah kenapa aku tetap tk mau pergi padahal aku taw klo nanti pasti hujan . Rasanya hatiku sudah seperti magnet yang selalu tertarik pada tempat ini . CREEES .

Hujan itu akhirnya mengguyurku tp aku tetap diam & bingung mau bertedu dimana . “Carine , kamu kok disini ?? Ini hujan Rine” ucap Avel dr rumahnya yang tidak jauh dr pohon itu. “Avel ?” Tanya batinku . Aku melihat Avel yang kembali masuk kerumahnya , aku kecewa karena aku kira dia menghiraukanku yang terguyur basah oleh air hujan . Tapi aku melihat Avel lagi yang keluar rumah sambil membawa payung dan berlari kepadaku . Saat sampai di depanku ia membuka payungnya dan meneduhkan kepala kami dr tetesan hujan . Rasanya seperti di film-film , berdua-duaan di tengah hujan . “Carine , kamu lepas aja kacamata kamu , kacamata kamu udah berembun & penuh dengan air” Aku langsung menengok kepadanya , badanku seperti di setrum mendengar permintaan itu. “Apa ? Nggak papa kok” jawabku yang langsung menolak’a . “Lagian , kayak’a kamu lebih cakep gk pake kacamata” ucap’a kembali . Aku hanya diam dan langsung menunduk melihat jalan yg basah . “Carine , mendingan kita duduk & berteduh di bawah pohon aja” ajaknya sambil menunjuk pohon besar itu .

Aku hanya mengangguk menandakan setuju . Akhirnya kami berteduh di bawah pohon itu , aku merasa hangat di sebelahnya walaupun cuaca saat itu membuat udara sgt dingin . Jantungku seperti di spa saat Avel memandangku dengan dekat , “Kamu cakep banget sih Carine” ucap’a dengan nada yang halus . Aku hanya menampakkan wajah bingung dan tak menyangka “Iya , kamu cakep bgt . Aku suka ama kamu” ucapnya . Aku tambah terkejut mendengar hal itu , mulutku menjadi es . Andai mulutku dapat bergerak , aku pasti akan bilang suka juga padanya . Tapi rasanya nggak mungkin karena yang dia suka bukan aku , tapi yang dia suka Carine . Aku hanya diam tak berkata apa-apa . “Aku tau , ini kamu Clairine” ucap Avel dlm hatinya . “Hei , kok diem aku salah ngomong ya ??” Tanya Avel padaku lagi . Aku tambah bingung , udara ‘a yang tadi dingin sekarang menjadi panas . “Nggak kok” Ucapku dengan muka tertunduk . “Udah lah gak usah dipikirin” ucapnya sambil mengalihakan pandangannya dariku . Setelah beberapa menit kita berteduh , hujan tidak berhenti malah yang ada hujan semakin deras disertai angin & udara yang sangat dingin . Aku meng-genggam kedua tanganku dan menaruhnya di bawah leher , mulutku menggigil tk bisa berhenti . “Kmu kedinginan ya ?? Nih ada jaket pakai aja .

Nanti kamu sakit” ucapnya sambil melepaskan jaket yg Ia pakai dan memakainya dia atas bahuku . “Nggak usah Vel , nggak papa kok” balasku mulai melepaskan jaketnya . “Nggak boleh , kamu bisa sakit . Aku gak ijinin kamu gk pakai jaket” kata Avel sambil menaruh jaketnya kembali di atas bahuku . “Kamu sendiri gimana ???” tanyaku sambil mentap mukanya . “Aku ? Aku nggak papa kok . Lebih baik aku yg sakit dr pada kamu , aku lebih nggak rela & khawatir kalau kamu yang sakit” ucap Avel . Aku benar-benar senang atas kata-katanya itu , rasanya kalau tidak ada orang disitu aku ingin berteriak “AKU MERASAKAN CINTA” sekeras-kerasnya pada dunia ini . Aku hanya terdiam & menunduk ke bawah . Dia hanya tersenyum manis melihatku . “Kamu beneren gk kedinginan ??” tanyaku meyakinkan Avel . “Nggak Carine , kamu tenang aja” ucapnya sambil mengacak – acak rambut atasku yang membuat pipiku merah. Setelah hampir satu jam lebih , akhirnya hujan itu-pun berhenti . “Avel , hujannya udah berhenti . Aku balik dulu ya , makasih ya jaketnya” ucapku sambil berdiri dan melepaskan jaketnya dari bahuku . Aku memberi jaket itu kembali pada pemiliknya . “Yaah” ucapnya dengan lesuh , aku hanya tersenyum kecil melihatnya . Akhirnya Avel-pun mengambil jaketnya kembali . “Ya udah , hati-hati ya Carine . Bye – bye” kata Avel sambil melambaikan tangannya padaku . “Aku tau kamu Calirine , aku hafal caramu berbicara . Aku tau sikap kamu” ucap Avel saat Clairine & sepeda itu sudah jauh darinya .

Semua ini Ada Akhirnya

Aku hanya bisa berpindah-pindah posisi untuk mencarinya di bawah terik matahari yang menghantam badanku . Matahari itu terus menghatamku seakan-akan membuatku untuk berteduh sementara di bawah pohon , tapi aku tidak akan berteduh walaupun hanya untuk semenit , ataupun sedetik . Karena sekarang sedetik itu sangat berharga bagiku . “Kemana Avel ? Kok gk ada ??” ucapku dlm batinku yang sedang panik . “Udah ku-duga kamu akan kesini” ucap seseorang bernada serak . Suara itu membuatku memutarkan arah badanku ke belakang , “Avel ??” ucapku yang terkejut dengan kedatangan Avel di belakangku . “Iya , ini aku . Tumben kamu kesini lebih siang” ucapnya yang terlihat bersinar di bawah matahari . “Iya , hari ini pulang cepet . Kamu sakit ya ??” ucapku dengan muka khawatir . “Kok kamu tau kalau aku sakit ??” Tanya-nya yang membuat jantungku berdetak seperti lari marathon . Aku berusaha mencari alasan yang masuk akal di tengah terik matahari . “Ehm , soalnya muka kamu keliatan pucet sih” tutur-ku dengan ragu-ragu . Aku semakin takut saat ia menatapku dengan penuh kebingungan .

Rasanya kau ingin lari sejauh – jauhnya dari tempat itu . “Aku kelihatan pucet ya ???” Tanya-nya padaku yang tertunduk ke bawah . “Iya” jawabku dengan nada suara yang kecil . “Duduk yuk panas nih” ajaknya seraya menarik tanganku ke bawah pohon . Di bawah pohon , ia menjelaskan penyebab dia sakit . Ia bilang karena hujan & cuaca dingin kemarin yang menyebabkannya terserang flu . Di saat itu juga aku tak bisa menahan ke-khawatiranku , rasanya ke-khawatiranku seperti kuda liar yang menerobos keluar dr kandangnya . Tetapi ia bilang aku tak perlu meng-khawatirannya , ucapnnya itu mebuat pipiku memerah tomat . “Carine , kamu tau gk ??” Tanya-nya . Aku hanya menjawab dengan menampakkan wajah bingung padanya . “Dulu aku punya teman , dia cantiiiiiik banget , dia juga baik . Aku sayang bgt ama dia” ucapnya dengan nada halus yang membuatku merasakan sakitnya perasaanku saat mandengarnya . “Terus ? Kamu tembak dong ?” sambungku dengan senyuman kecil di bibirku . “Nggak , dia keburu membenciku sebelum perasaanku terungkap . Kamu tau ,dia sangat membenciku mungkin sampai sekarang . Sedangkan aku masih mencintainya sampai sekarang” ucap Avel sambil menengok padaku .

Badanku seperti ingin pingsan mendengar kata terakhirnya , mulutku ingin memberitahunya bahwa ada aku yangmasih mencintainya . Tetapi sekarang hanya satu kalimat pertanyaan yang muncul di-pikiranku yang kacau ini , “Siapa yang dimaksud Avel ??”. Aku pun mengutarakan pertanyaan yg terlintas di-pikiranku , “Nama cewek itu siapa Vel ?” tanyaku dengan pandangan ke bunga yang layu . “Namanya Clairine” jawabnya dengan senyuman kecil . “Aku ?” ucapku dlm hati , rasanya ada yang menancapkan pisau tepat di hatiku . Sekejap perasaanku menjadi senang sekaligus menjadi sangat sedih . Sadar , hanya itulah yang aku rasakan saat itu , sadar akan perbuatan yg kulakukan itu salah . Air mataku sudah berada di ujung mata . “Itu rumahnya , pagar putih” sambung Avel sambil mengarahkan telunjuknya ke satu rumah ber-pagar putih . “Itu rumahku dulu . apakah benar yang dimaksud itu benar-benar aku , Clairine” ucapku dalam hati , aku tak tau bagaimana ekspresi mukaku saat itu tapi yang pasti di saat itu aku seperti terkena serangan jantung . Aku hanya dapat diam , menutup mulutku , dan menahan air mata yang ingin keluar dari mataku .

“Kok kamu diam Car ?” Tanya-nya yang makin membuatku bingung menjawab dengan jawaban apa . Matahari yang tadinya membuat kami panas sekarang menjadi gelap segelap hatiku sekarang . “Vel , aku pulang dulu ya . Udah mau hujan nih , bye Avel” ucapku yang langsung berlari ke sepedaku dengan air mata yang terlanjur membasahi pipiku . Kata tunggu itu memang terdengar oleh ku , tapi aku tak mungkin menanggapi kata yang keluar dr mulut Avel . Jika aku menengok padanya , semuanya akan hancur dan Avel makin membenciku . Aku hanya dapat mebiarkan air mataku bercucuran membasahi pipiku , aku tak bisa menahan keinginanku untuk menangis . Aku Menyesal , itulah kata-kata yang ingin aku ucapkan pada Avel . “Aku taw kamu itu Clairine . Kenapa kamu masih mau berbohong ? Kenapa kamu pergi ??” Tanya Avel di dlm hatinya saat ia melihat Clairine yang sudah pergi jauh .

Hari ini udara tak bersahabat denganku , matahari yang menyinari – ku di tengah lapangan sekolah ini menjadikanku semakin tak bernyawa hari ini . Aku seperti patung yang tak bisa bergerak , dan bisa dimain-mainkan . “Hari ini tak akan ada sosok Carine di bawah pohon itu lagi , selamat tinggal Carine” ucapku sambil memandang langit yang terang benderang . “Hai Carine” ucap seseorang dari arah belakang . “Suara itu familiar banget” ucapku dlm hati sambil mengingat – ingat suara itu & mulai membalikkan badan ke belakang . “Avel ??” ucapku yang terkejut krn kedatangan Avel yang tiba” berada di belakangku . “Kenapa kemaren kamu pergi ?” Tanya Avel yang membuatku membulatkan kedua mataku . “Kenapa bengong Carine ? Eh salah deh maksudku Clairine” ucapnya yang membuatku merasa bersalah . “Apakah Avel sudah mengetahui ini semua ???” tanyaku dalam hati . Aku hanya diam & tidak tau ingin menjawab apa . Aku berniat untuk berlari dan meninggalkan Avel di bawah panasnya hari itu , “Eits , mau kemana kamu Airin ?” tanyanya sambil mencegah langakah-ku . Aku hanya terdiam & tertunduk merasa bersalah . “Aku minta maaf Avel , aku gak bermaksud untuk bohongin kamu , coma ….” Ucapku sambil menjulurkan tangan tanda permintaan maaf . “Coma apa Clairine ???” sambung Avel sambil menatapku dengan pandangan tajam . “Coma aku … Pokoknya aku beneren gk niat untuk membohongi mu .

Saat itu aku lagi nangis , dan tiba-tiba kamu datang dan kamu tanya siapa namaku . Aku bingung jawab apa , jadi aku jawab aja Carine . Aku minta maaf Avel” ucapku sambil menatap Avel dengan takut . “Kamu gk usah minta maaf & gak usah jelasin semuanya . Aku taw semua’a kok , tadinya akunggak taw . Tapi setelah Gio bilang kalau kamu pernah ke pohon itu , aku jadi sadar dan aku liat-liat Carine itu mirip ama kamu . Kamu gak usah minta maaf , malah aku yang mau minta maaf karena kemaren udah buat kamu ketakutan lalu nangis lagi” ucapnya sambil menatapku dengan senyuman . “Jadi kamu gk marah Vel ??” tanyaku yg masih tertunduk merasa bersalah pada Avel . “Dengerin ya Clairine …” ucapnya sambil mengambil & memegang kedua tanganku serta menatapku dengan kedua matanya yang indah .

Aku hanya kembali mantapnya dengan pipiku yang mulai me-merah . “Aku nggak marah ama kamu , orang yang aku cintai dr kelas 6 . Aku bener-bener sayang ama kamu , Clairine” ucapnya dengan tatapan yang dalam padaku . “Jadi ? Yang kemaren beneran ??” tanyaku yang masih ragu dengan pernytaannya , walaupun pipiku sudah merah tomat . “Iya Clairine , masa aku bohong” jawabnya sambil diselingi senyuman kecil . “Nggak , yang kamu suka bukan aku , Clairine . Tp yg kamu suka Carine” ucapku mngelak semua’a . “Nggak Airin , yang aku suka itu kamu , Bernadeth Clairine” ucapnya . Karena ucapannya itu hari yang tadi membuat kami berkeringat kini menjadi hangat di antara kami berdua . Aku hanya diam , menahan rasa malu . “Kok diem Rin ?? Aku salah ngomong ya ??” tanyanya yang menatapku . “Eh , nggak kok” ucapku di bawah cuaca yang menjadi sejuk . “Lalu ?” ucapnya yang membuatku menatap matanya juga . “Lalu , kamu mau jadi pacarku ?”ucapnya dengan nada lembut yang masih memegang tanganku erat . Aku hanya terkejut dengan ucapannya barusan , aku hanya diam menikmati sepoian angin saat itu .


Im Not Carine Im Clairine

Wed, 25 May 2011

By: Jocelin Junita Luke
Pelajar SMP.ST.KRISTOFORUS II
Jakarta

Aku hanya bisa menangis di sore hari yang sunyi . Aku nggak mungkin ke sini dengan penampilanku yang sebenarnya . Aku menangis dengan penampilan-ku yang palsu . Aku menangis di bawah pohon yang besar ini seakan-akan aku tak punya nyawa .

Di tengah suara tangisanku , “Hei , ngapain kamu disitu ?” Aku hanya terkejut dengan suara itu . “Hey , kamu nangis ?” Aku tambah terkejut setelah mengetahui bahwa orang itu adalah cowok yang kutangisi sekarang . Aku langsung mengusap air mata yang membasahi pipiku . “Nggak kok” kataku dengan tidak jujur . “Nggak mungkin , mata kamu merah gitu , tadi aku juga mendengar suara tangisan & disini coma ada kamu” ucap’a sambil duduk di sebelahku . Aku hanya bisa diam dengan detak jantungku yg semakin kencang . “Ya udah , kalo kamu nggak mau jawab” katanya dengan lesuh , tapi aku tetap diam walaupun aku merasa bersalah karena aku tak menjawab pertanyaannya .

Ia membuat mulutku menjadi lebih tidak bisa bergerak ketika Ia mengajakku berkenalan dan menanyakan namaku . Aku benar-benar tidak tau menjawab apa . Nggak mungkin dong aku bilang kalau aku itu Clairine , orang yang ia benci . Kalaupun aku bilang aku adalah Clairine , mungkin dia tak akan percaya & bahkan ia makin membenciku . “Alo ??? Kok diem sih ? Nama kamu siapa ?” tanyanya kembali . “Aku ? Aku Carine” jawabku yg membuatnya mengangguk tanda mengerti . “Ooo , Carine , Namaku Avel” ucapnya dengan senyuman , tapi aku tetap diam . “Kamu tinggal dimana ? Kayaknya kmu bukan anak komplek sini” badanku serasa digigit semut merah saat medengar Avel bertanya tentang itu . “Iya , aku memang bukan komplek sini” jawabku dengan takut . “Lalu ….” “aku pergi dulu ya , udah mau malem nih” ucapku yang memotong pembicaraannya serta langsung menaiki sepedaku dan pergi “Maaf aku memotong pembicaraanmu dan maaf aku bohong , Vel” batinku

“Avel , dia yang membuatku menangis , dia juga yg menghiburku” ucapku dalam hati . Avel adalah orang yang kucintai sejak SD kelas 6 sampai sekarang , aku berusaha melupakannya tapi aku tidak bisa walaupun dia telah menghiraukanku saat aku ingin mengungkapkan perasaanku , dan akhirnya aku memilih berjalan di jalan tengah yang banyak resiko’a . Saat aku berada di tengah jalan , aku berusaha membuang muka saat bertemu dengannya , aku memfitnahnya di depan yang lain & aku membicarakannya dari belakang . Dan sekarang aku sadar atas perbuatanku , aku ingin dia tau kalau itu coma main-main karena permainan yang telah kulakukan berakhir sia-sia . Aku kalah dalam permainan ini padahal aku sendiri yang membuat permainan ini , perasaan cinta yang terlalu besar me-menangkan permainan ini . Tadi siang , dia melewatiku lalu melemparkan sepucukkertas ....

KENAPA LU LAKUIN INI SEMUA , CLAIRINE ???

Disaat itu juga air mataku langsung turun setetes demi setetes , Aku hanya tertunduk dan selalu mengelap air mataku agar sahabatku tidak mengetahuinya . Aku langsung berlari sejauh-jauhnya . Aku tak taw harus menangis di mana , dengan siapa . Akhirnya aku mengikat rambutku menjadi dua , memakai kacamata besar , dan berdandan sebeda-bedanya dari pribadiku . Hanya dengan itu aku dapat menangis dengan bebas tanpa dikenali orang . Tetapi karena ide konyolku , Avel jadi bertemu Carine , nama samaran yang kupakai . Tapi pribadi Carine membuatku terhibur & membuatku berbohong .

Kebohongan itu Membuatku Nyaman

Aku hanya berdiri di bawah pohon besar & di tengah terik matahari , melihat panasnya saat itu . Panasnya saat itu membuat mataku mengekerut seperti dipijat . “Carine , kok disini sih ? Panas tau , nanti kamu sakit “ ucap Avel yang tiba-tiba datang dan meneduhkan keplaku dan kepalanya dengan jaket yg dibawanya . Detak jantungku langsung melaju drastis , aku hanya menampakkan wajah kaget kepadanya . “Kenapa kamu liatin aku gitu ?” tanyanya . “eh , nggak pp kok”ucapku yang langsung mengalihkan pandanganku dari mukanya . “Eh , duduk dibawah pohon aja yuk” ucapnya sambil menarik tanganku ke bawah pohon .

Setelah beberapa menit kita duduk duduk , tiba-tiba teman-teman Avel datang di hadapanku dan Avel . “Ciee , Avel .. Tuh siapa Vel ???” Tanya salah satu dari mereka. “Nggak ama si DIA lagi nih ???” sambung salah satunya lagi . “Apa ?” ucapku dlm hati. “Cantik juga Vel lu pilih gk kalah cantik ama Cla cla cla itu” sambung yang lain . “Cla ? Clarissa ?” batinku . Hatiku terus bertanya-tanya. “Apa-apaan sih lo ??? Kok lu pada bisa ada disini ?” Tanya Avel yg sama terkejutnya denganku . “Dari tadi kita udh cariin lu Vel , ternyata lu ada disni”ucap salah satu dr mereka. “Vel , aku pulang dulu ya . Bye” ucapku yang langsung pergi meninggalkan Avel & teman-temannya . “Tunggu Rine” ucap Avel disaat aku sudah menaiki sepedaku . Aku mendengarnya tp aku hanya menengok sebentar lalu pergi dengan sepedaku . “Apa yang maksud mereka ya ???” ucap batinku yg masih bertanya-tanya .

“Aku masih bingung dengan perkataan mereka , Cla ? Cla siapa ? Apa Clarissa ?” tanyaku dalam hati . Clarissa adlh cewek termanis yang pernah kutemui . Walaupun dia manja , tapi tetap saja senyuman manis dia nggak akan pernah hilang dari wajahnya . Dia juga menyukai Avel , sgt menyukainya . Mungkin Avel juga menyukai Clarissa . Walaupun mereka tak dekat .

“Loh loh loh ? Kok ada Clairine ? Pohon itu ? Itu kn pohon yg kemaren Avel dudukin ama cewek asing itu ? Apa jangan-jangan…” ucap seseorang yg bersembunyi di blkg tembok dr kejauhan
Aku merasa lega saat aku mengetahui bahwa Avel tdk ada , Siang ini aku pergi ke pohon ini tanpa kebohongan dlm tampilanku . Aku hanya merenung di sana , menenangkan hati di bawah pohon yg melindungiku dr sinar matahari . “Tadi sikap Avel aneh bgt ya , biasa dia bandel tp hari ini gak tuh” kataku sambil berpikir. Setelah hamper 1 jam akhirnya aku memutuskan untuk balik . PRANG . “Suara apa itu ?? apa ada orang ? Apa itu Avel ?” ucap batinku , aku pun langsung meninggalkan tempat itu buru-buru .

“Vel , tadi gua liat Clairine ke pohon itu” ucap teman Avel yg bernama Gio “Hah ? Pohon yg mana ???” Tanya Avel . “Pohon tempat lu ama cewek asing bertedu , tp dia gk pake sepeda” Jawab Gio . “Maksud lu ???” Tanya Avel yg dibuat bingung oleh Gio . “Avel , maksud gua siapa tau cewek asing itu Clairine . Muka mereka kn agak mirip” Jawab Gio meyakinkan . “Gk mungkin cewek asing itu namanya Carine” ucap Avel . “Nah ! namanya aja mirip . Coba lu pikirin deh” kata Gio sambil menepuk bahu Avel . “Bener juga ya kata Gio , nama’a mirip , muka’a .. , juga agak mirip . Apa bener ?? Klo bener knp hrs nyamar lalu bohong lagi … Aduh gk mungkin gk mungkin” batin Avel kebingungan .

Kebohongan itu Memberikanku Cinta

“Karena kebohongan yg kubuat , aku jadi selalu ingin kesini dengan keadaan seperti ini” ucapku dlm hati sambil tersenyum . Aku melihat cuaca sudah mendung , tp entah kenapa aku tetap tk mau pergi padahal aku taw klo nanti pasti hujan . Rasanya hatiku sudah seperti magnet yang selalu tertarik pada tempat ini . CREEES .

Hujan itu akhirnya mengguyurku tp aku tetap diam & bingung mau bertedu dimana . “Carine , kamu kok disini ?? Ini hujan Rine” ucap Avel dr rumahnya yang tidak jauh dr pohon itu. “Avel ?” Tanya batinku . Aku melihat Avel yang kembali masuk kerumahnya , aku kecewa karena aku kira dia menghiraukanku yang terguyur basah oleh air hujan . Tapi aku melihat Avel lagi yang keluar rumah sambil membawa payung dan berlari kepadaku . Saat sampai di depanku ia membuka payungnya dan meneduhkan kepala kami dr tetesan hujan . Rasanya seperti di film-film , berdua-duaan di tengah hujan . “Carine , kamu lepas aja kacamata kamu , kacamata kamu udah berembun & penuh dengan air” Aku langsung menengok kepadanya , badanku seperti di setrum mendengar permintaan itu. “Apa ? Nggak papa kok” jawabku yang langsung menolak’a . “Lagian , kayak’a kamu lebih cakep gk pake kacamata” ucap’a kembali . Aku hanya diam dan langsung menunduk melihat jalan yg basah . “Carine , mendingan kita duduk & berteduh di bawah pohon aja” ajaknya sambil menunjuk pohon besar itu .

Aku hanya mengangguk menandakan setuju . Akhirnya kami berteduh di bawah pohon itu , aku merasa hangat di sebelahnya walaupun cuaca saat itu membuat udara sgt dingin . Jantungku seperti di spa saat Avel memandangku dengan dekat , “Kamu cakep banget sih Carine” ucap’a dengan nada yang halus . Aku hanya menampakkan wajah bingung dan tak menyangka “Iya , kamu cakep bgt . Aku suka ama kamu” ucapnya . Aku tambah terkejut mendengar hal itu , mulutku menjadi es . Andai mulutku dapat bergerak , aku pasti akan bilang suka juga padanya . Tapi rasanya nggak mungkin karena yang dia suka bukan aku , tapi yang dia suka Carine . Aku hanya diam tak berkata apa-apa . “Aku tau , ini kamu Clairine” ucap Avel dlm hatinya . “Hei , kok diem aku salah ngomong ya ??” Tanya Avel padaku lagi . Aku tambah bingung , udara ‘a yang tadi dingin sekarang menjadi panas . “Nggak kok” Ucapku dengan muka tertunduk . “Udah lah gak usah dipikirin” ucapnya sambil mengalihakan pandangannya dariku . Setelah beberapa menit kita berteduh , hujan tidak berhenti malah yang ada hujan semakin deras disertai angin & udara yang sangat dingin . Aku meng-genggam kedua tanganku dan menaruhnya di bawah leher , mulutku menggigil tk bisa berhenti . “Kmu kedinginan ya ?? Nih ada jaket pakai aja .

Nanti kamu sakit” ucapnya sambil melepaskan jaket yg Ia pakai dan memakainya dia atas bahuku . “Nggak usah Vel , nggak papa kok” balasku mulai melepaskan jaketnya . “Nggak boleh , kamu bisa sakit . Aku gak ijinin kamu gk pakai jaket” kata Avel sambil menaruh jaketnya kembali di atas bahuku . “Kamu sendiri gimana ???” tanyaku sambil mentap mukanya . “Aku ? Aku nggak papa kok . Lebih baik aku yg sakit dr pada kamu , aku lebih nggak rela & khawatir kalau kamu yang sakit” ucap Avel . Aku benar-benar senang atas kata-katanya itu , rasanya kalau tidak ada orang disitu aku ingin berteriak “AKU MERASAKAN CINTA” sekeras-kerasnya pada dunia ini . Aku hanya terdiam & menunduk ke bawah . Dia hanya tersenyum manis melihatku . “Kamu beneren gk kedinginan ??” tanyaku meyakinkan Avel . “Nggak Carine , kamu tenang aja” ucapnya sambil mengacak – acak rambut atasku yang membuat pipiku merah. Setelah hampir satu jam lebih , akhirnya hujan itu-pun berhenti . “Avel , hujannya udah berhenti . Aku balik dulu ya , makasih ya jaketnya” ucapku sambil berdiri dan melepaskan jaketnya dari bahuku . Aku memberi jaket itu kembali pada pemiliknya . “Yaah” ucapnya dengan lesuh , aku hanya tersenyum kecil melihatnya . Akhirnya Avel-pun mengambil jaketnya kembali . “Ya udah , hati-hati ya Carine . Bye – bye” kata Avel sambil melambaikan tangannya padaku . “Aku tau kamu Calirine , aku hafal caramu berbicara . Aku tau sikap kamu” ucap Avel saat Clairine & sepeda itu sudah jauh darinya .

Semua ini Ada Akhirnya

Aku hanya bisa berpindah-pindah posisi untuk mencarinya di bawah terik matahari yang menghantam badanku . Matahari itu terus menghatamku seakan-akan membuatku untuk berteduh sementara di bawah pohon , tapi aku tidak akan berteduh walaupun hanya untuk semenit , ataupun sedetik . Karena sekarang sedetik itu sangat berharga bagiku . “Kemana Avel ? Kok gk ada ??” ucapku dlm batinku yang sedang panik . “Udah ku-duga kamu akan kesini” ucap seseorang bernada serak . Suara itu membuatku memutarkan arah badanku ke belakang , “Avel ??” ucapku yang terkejut dengan kedatangan Avel di belakangku . “Iya , ini aku . Tumben kamu kesini lebih siang” ucapnya yang terlihat bersinar di bawah matahari . “Iya , hari ini pulang cepet . Kamu sakit ya ??” ucapku dengan muka khawatir . “Kok kamu tau kalau aku sakit ??” Tanya-nya yang membuat jantungku berdetak seperti lari marathon . Aku berusaha mencari alasan yang masuk akal di tengah terik matahari . “Ehm , soalnya muka kamu keliatan pucet sih” tutur-ku dengan ragu-ragu . Aku semakin takut saat ia menatapku dengan penuh kebingungan .

Rasanya kau ingin lari sejauh – jauhnya dari tempat itu . “Aku kelihatan pucet ya ???” Tanya-nya padaku yang tertunduk ke bawah . “Iya” jawabku dengan nada suara yang kecil . “Duduk yuk panas nih” ajaknya seraya menarik tanganku ke bawah pohon . Di bawah pohon , ia menjelaskan penyebab dia sakit . Ia bilang karena hujan & cuaca dingin kemarin yang menyebabkannya terserang flu . Di saat itu juga aku tak bisa menahan ke-khawatiranku , rasanya ke-khawatiranku seperti kuda liar yang menerobos keluar dr kandangnya . Tetapi ia bilang aku tak perlu meng-khawatirannya , ucapnnya itu mebuat pipiku memerah tomat . “Carine , kamu tau gk ??” Tanya-nya . Aku hanya menjawab dengan menampakkan wajah bingung padanya . “Dulu aku punya teman , dia cantiiiiiik banget , dia juga baik . Aku sayang bgt ama dia” ucapnya dengan nada halus yang membuatku merasakan sakitnya perasaanku saat mandengarnya . “Terus ? Kamu tembak dong ?” sambungku dengan senyuman kecil di bibirku . “Nggak , dia keburu membenciku sebelum perasaanku terungkap . Kamu tau ,dia sangat membenciku mungkin sampai sekarang . Sedangkan aku masih mencintainya sampai sekarang” ucap Avel sambil menengok padaku .

Badanku seperti ingin pingsan mendengar kata terakhirnya , mulutku ingin memberitahunya bahwa ada aku yangmasih mencintainya . Tetapi sekarang hanya satu kalimat pertanyaan yang muncul di-pikiranku yang kacau ini , “Siapa yang dimaksud Avel ??”. Aku pun mengutarakan pertanyaan yg terlintas di-pikiranku , “Nama cewek itu siapa Vel ?” tanyaku dengan pandangan ke bunga yang layu . “Namanya Clairine” jawabnya dengan senyuman kecil . “Aku ?” ucapku dlm hati , rasanya ada yang menancapkan pisau tepat di hatiku . Sekejap perasaanku menjadi senang sekaligus menjadi sangat sedih . Sadar , hanya itulah yang aku rasakan saat itu , sadar akan perbuatan yg kulakukan itu salah . Air mataku sudah berada di ujung mata . “Itu rumahnya , pagar putih” sambung Avel sambil mengarahkan telunjuknya ke satu rumah ber-pagar putih . “Itu rumahku dulu . apakah benar yang dimaksud itu benar-benar aku , Clairine” ucapku dalam hati , aku tak tau bagaimana ekspresi mukaku saat itu tapi yang pasti di saat itu aku seperti terkena serangan jantung . Aku hanya dapat diam , menutup mulutku , dan menahan air mata yang ingin keluar dari mataku .

“Kok kamu diam Car ?” Tanya-nya yang makin membuatku bingung menjawab dengan jawaban apa . Matahari yang tadinya membuat kami panas sekarang menjadi gelap segelap hatiku sekarang . “Vel , aku pulang dulu ya . Udah mau hujan nih , bye Avel” ucapku yang langsung berlari ke sepedaku dengan air mata yang terlanjur membasahi pipiku . Kata tunggu itu memang terdengar oleh ku , tapi aku tak mungkin menanggapi kata yang keluar dr mulut Avel . Jika aku menengok padanya , semuanya akan hancur dan Avel makin membenciku . Aku hanya dapat mebiarkan air mataku bercucuran membasahi pipiku , aku tak bisa menahan keinginanku untuk menangis . Aku Menyesal , itulah kata-kata yang ingin aku ucapkan pada Avel . “Aku taw kamu itu Clairine . Kenapa kamu masih mau berbohong ? Kenapa kamu pergi ??” Tanya Avel di dlm hatinya saat ia melihat Clairine yang sudah pergi jauh .

Hari ini udara tak bersahabat denganku , matahari yang menyinari – ku di tengah lapangan sekolah ini menjadikanku semakin tak bernyawa hari ini . Aku seperti patung yang tak bisa bergerak , dan bisa dimain-mainkan . “Hari ini tak akan ada sosok Carine di bawah pohon itu lagi , selamat tinggal Carine” ucapku sambil memandang langit yang terang benderang . “Hai Carine” ucap seseorang dari arah belakang . “Suara itu familiar banget” ucapku dlm hati sambil mengingat – ingat suara itu & mulai membalikkan badan ke belakang . “Avel ??” ucapku yang terkejut krn kedatangan Avel yang tiba” berada di belakangku . “Kenapa kemaren kamu pergi ?” Tanya Avel yang membuatku membulatkan kedua mataku . “Kenapa bengong Carine ? Eh salah deh maksudku Clairine” ucapnya yang membuatku merasa bersalah . “Apakah Avel sudah mengetahui ini semua ???” tanyaku dalam hati . Aku hanya diam & tidak tau ingin menjawab apa . Aku berniat untuk berlari dan meninggalkan Avel di bawah panasnya hari itu , “Eits , mau kemana kamu Airin ?” tanyanya sambil mencegah langakah-ku . Aku hanya terdiam & tertunduk merasa bersalah . “Aku minta maaf Avel , aku gak bermaksud untuk bohongin kamu , coma ….” Ucapku sambil menjulurkan tangan tanda permintaan maaf . “Coma apa Clairine ???” sambung Avel sambil menatapku dengan pandangan tajam . “Coma aku … Pokoknya aku beneren gk niat untuk membohongi mu .

Saat itu aku lagi nangis , dan tiba-tiba kamu datang dan kamu tanya siapa namaku . Aku bingung jawab apa , jadi aku jawab aja Carine . Aku minta maaf Avel” ucapku sambil menatap Avel dengan takut . “Kamu gk usah minta maaf & gak usah jelasin semuanya . Aku taw semua’a kok , tadinya akunggak taw . Tapi setelah Gio bilang kalau kamu pernah ke pohon itu , aku jadi sadar dan aku liat-liat Carine itu mirip ama kamu . Kamu gak usah minta maaf , malah aku yang mau minta maaf karena kemaren udah buat kamu ketakutan lalu nangis lagi” ucapnya sambil menatapku dengan senyuman . “Jadi kamu gk marah Vel ??” tanyaku yg masih tertunduk merasa bersalah pada Avel . “Dengerin ya Clairine …” ucapnya sambil mengambil & memegang kedua tanganku serta menatapku dengan kedua matanya yang indah .

Aku hanya kembali mantapnya dengan pipiku yang mulai me-merah . “Aku nggak marah ama kamu , orang yang aku cintai dr kelas 6 . Aku bener-bener sayang ama kamu , Clairine” ucapnya dengan tatapan yang dalam padaku . “Jadi ? Yang kemaren beneran ??” tanyaku yang masih ragu dengan pernytaannya , walaupun pipiku sudah merah tomat . “Iya Clairine , masa aku bohong” jawabnya sambil diselingi senyuman kecil . “Nggak , yang kamu suka bukan aku , Clairine . Tp yg kamu suka Carine” ucapku mngelak semua’a . “Nggak Airin , yang aku suka itu kamu , Bernadeth Clairine” ucapnya . Karena ucapannya itu hari yang tadi membuat kami berkeringat kini menjadi hangat di antara kami berdua . Aku hanya diam , menahan rasa malu . “Kok diem Rin ?? Aku salah ngomong ya ??” tanyanya yang menatapku . “Eh , nggak kok” ucapku di bawah cuaca yang menjadi sejuk . “Lalu ?” ucapnya yang membuatku menatap matanya juga . “Lalu , kamu mau jadi pacarku ?”ucapnya dengan nada lembut yang masih memegang tanganku erat . Aku hanya terkejut dengan ucapannya barusan , aku hanya diam menikmati sepoian angin saat itu .

“Halo ?” ucapnya sambil melambaikan tangannya di hadapanku . “Iya , aku mau kok” ucapku yang disusul dengan senyuman kecil dari bibirku . “Kamu gk bohong kn ?? Jadi kamu gak benci ama aku ?” Tanya Avel yang membuatku berkata jujur . “Sebenernya , aku nggak pernah benci ama kamu . Aku coma mau lupain kamu , jadi aku jauhin & benci kamu tp tetep nggak bisa karena aku juga udah suka kamu dr kelas 6” ucapku dengan muka yang malu-malu . Ia langsung memelukku dan membisikkan janji bahwa ia berjanji akan menyayangiku & melindungiku sampai kapanpun . Aku hanya bisa diam & mulai membalas pelukannya dan membisikkan “Terima kasih Avel” diselingi senyuman lebar dr bibirku . Sekejap aku menjadi hangat dari sepoian angin-angin itu . “Cieeee !!!! Avel , Airin . Piwit !!! Cikiciuw !!” teriak anak” lain yang mengejutkan kami beruda . Semenjak itu , hari-hari ku menjadi indah seindah bunga-bunga yang tumbuh di pohon besar itu . “Makasih Carine” itulah kata yang aku bisa ucapkan saat itu . Tapi tetap saja “I’m Not Carine , I’m Clairine”

--
0

suatu ketika di pemberhentian sebuah bus,naiklah seorangibu muda yang tengah hamil kurang lebih 5 bulan..... namun ibu muda itu merasa agak kesal setelah naik bis tsb...karena bis tsb namun tiba tiba? dia dapat ide>gimana klo dia minta kursi ke pemuda tanggung yang ada di dekatnya lalu ia berkata kepada pemuda tsb

boleh gak saya minta temapat duduknya mas?kalo cuma saya sih gak apa2 tapi anak dalam perut ini sih kasian!!"katanya dengan agak manja dan sedikit memelas....
"ehmmmmmmm" guimam si pemuda itu sambil memberikan tempat duduk kepada ibu muda tsb tak lama kewmudian pemuda ini berdiri di dekat ibu muda menyalakan rokok alhasil perbuatannya menuai protes dari si ibu muda"Boleh gak rokoknya dimatikan?" kalo cuma saya sendiri sih gak apa2,tapi anak dalam perut nie kasihan!

Dengan muka masam pemuda tsb memenuhi kembali permintaan si ibu muda ini sambil menggerutu dalam hati(uuughhh sudah dikasih temapat duduk ngelarang orang ngerokok lagi)gumamnya.Tiba tiba bis berhenti mendadak membuat seluruh penumpang tersentak dan kaget termasuk pemuda dan ibu muda yang sedang dalam cerita.gkgkgk.saking tersentaknya si ibu muda tersebut sampai2 daster yang ia pakai sampai tersingkap hingga bagian pangkal pahanya. si pemuda melihat hal itu,sebagai ajang balas dendam dengan berkata Mbak,boleh gak tuh pahanya di tutupin!kalo cuma saya sih gak apa2 tapi anak dalam celana saya kasihan

--
0

Kerja pake ini Di suatu pinggiran kota, hiduplah seorang nyonya yang cukup (sedikit mampu) dengan pembantunya yang selalu buat masalah.

Suatu hari, pembantu itu memecahkan piring untuk kesekian kalinya... akhirnya nyonya itu memanggil pembantunya sambil memaki berkata," Minah....kamu ini gimana...dasar org goblok, makanya kalau kerja itu jangan pake ini (sambil nunjuk lututnya) tapi pake ini (sambil nunjuk kepalanya, otak-red)...kamu saya pecat.."akhirnya pembantunya pergi...

5 tahun kemudian, di suatu Supermarket..si Nyonya ketemu dengan pembantunya yang dulu tapi dengan pakaian yang mewah dengan banyak perhiasan emas...

Si-nyonya memanggil," Minah, kok kamu sekarang berubah..menjadi kaya...kok bisa????
Si-pembantunya menjawab," makanya Bu, kalau kerja itu jangan pake ini (sambil nunjuk kepalanya, otak-red) tapi pake ini donk (sambil nunjuk dii antara pahanya)...."?#$#@"

--
0

Tumini seorang wanita dewasa pegawai sebuah kantor swasta asing pagi itu mau berangkat kerja dan lagi menunggu bus kota di mulut gang rumahnya. Seperti biasa pakaian yang dikenakan cukup ketat, roknya semi-mini, sehingga bodinya yang seksi semakin kelihatan lekuk likunya.

Bus kota datang, tumini berusaha naik lewat pintu belakang, tapi kakinya kok tidak sampai di tangga bus. Menyadari keketatan roknya, tangan kiri menjulur ke belakang untuk menurunkan sedikit resleting roknya supaya agak longgar.

Tapi, ough, masih juga belum bisa naik. Ia mengulangi untuk menurunkan lagi resleting roknya. Belum bisa naik juga ke tangga bus. Untuk usaha yang ketiga kalinya, belum sampai dia menurunkan lagi resleting roknya, tiba-tiba ada tangan kuat mendorong pantatnya dari belakang sampai Marini terloncat dan masuk ke dalam bus.

Tumini melihat ke belakang ingin tahu siapa yang mendorongnya, ternyata ada pemuda gondrong yang cengar-cengir melihat Tumini.

“Hei, kurang ajar kau. Berani-beraninya nggak sopan pegang-pegang pantat orang!”

Si pemuda menjawab kalem, “Yang nggak sopan itu situ, Mbak. Masak belum kenal aja berani-beraninya nurunin resleting celana gue.”

--
0


Dari hasil survey, diketahui ternyata para wanita menyukai pria bukan karena wajah yang ganteng atau punya materi yang banyak. Hasil survey menyebutkan bahwa ada beberapa tipe pria yang sangat disukai para wanita, yaitu:

1. Self Esteem (Punya Kepercayaan Diri yang Tinggi)
Seorang pria dengan keyakinan diri yang kuat disukai wanita. Pria seperti ini dianggap mampu mengayomi keluarga dan bisa memimpin rumah tangga. Para wanita menyukai tipe pria seperti ini. Berdiri tegak ketika bercakap. Tetapi cara terbaik untuk membuatkan anda yakin pada diri sendiri ialah memandang wanita tepat pada matanya. Cara ini membuatkan anda kelihatan lebih yakin dan matang. Si dia juga akan memberi tindak balas yang lebih baik.

2. Pria Tipe Humoris
Wanita selalu merasa senang berdekatan dengan tipe pria yang humoris dan mampu mengubah bad mood menjadi ceria. Jangan bercakap terlalu serius atau membuat ketawa yang dibuat-buat. Anda boleh mencari ide agar si dia dapat melupakan krisis yang dihadapinya. Di samping itu anda juga boleh membantunya menyelesaikan kekusutan yang melanda jiwanya.

3. Pria Romantis
Wanita sangat menyukai pria tipe romantis. Pria romantis adalah pria yang pandai mengambil hati dan berkata-kata dengan bijak. Sikap yang mengambil berat tentang diri mereka dan penyayang menjadi salah satu aspek yang sering diberi perhatian oleh wanita. Biarpun mereka kelihatan agresif tetapi dalam hal pemilihan teman lelaki kebanyakannya mencari yang romantik.

4. Pria Bijaksana
Selain menyukai pria yang pandai, wanita juga menyukai pria yang bijaksana. Pria bijak dianggap mampu menasehati mereka seperti seorang bapak. Wanita suka lelaki yang bijak dan rajin membaca. Anda tidak harus seorang ahli akademik tetapi Anda bisa mulai belajar karena ini akan memperlihatkan anda seorang yang intelek. Selain gagah, hati wanita mudah cair dengan lelaki yang kelihatan intelek.

5. Menyukai Anak-Anak
Tipe pria kelima yang disuka wanita adalah pria yang senang bermain dengan anak-anak dianggap akan bisa menjadi Bapak yang penyayang. Cobalah akrabkan diri anda dengan anak-anak, hati wanita mudah terenyuh jika melihat seorang pria akrab dengan anak-anak kecil.

6. Bijak Berdandan
Wanita menyukai kebersihan dan suka dilihat cantik. Begitu pula cara pandangnya terhadap pria. Anda tidak harus gagah dan berpakaian mahal, kebersihan dan bijak berdandan juga menjadi salah satau hal yang disukai wanita dari pria. Merawat rambut agar tidak terlihat berantakan, memotong kuku dan baju yang besih sangat disukai wanita.

Demikian enam tipe pria yang disukai wanita. Simpel dan mudah bukan?

--
0


Wanita dimanapun juga memang sulit di tebak. Kadang dalam sekian detik emosinya bisa berubah, yang tadinya ketawa tiba-tiba nangis. Kadang sudah merayu dan melucu sekuat tenaga tetap saja senyum di wajahnya tidak muncul. Nah jika pacar atau isteri anda sedang bad mood, beberapa tips di bawah ini mungkin bisa membantu anda mengembalikan mood kekasih anda.

10 Tips Menyenangkan hati wanita:

1. Beri Pacar Anda Hadiah Dadakan

Unexpected gift in unexpected time. Hal-hal kecil dan tidak terduga akan selalu di ingat kaum wanita. Beri kado atau hadiah-hadiah kecil bisa membuat mood wanita kembali. Apalagi jika hadiah-hadiah itu memang dia butuhkan.

2. Selalu ada di sampingnya di saat-saat genting

Yang ini sebenenernya contohnya banyak. Dari berinisiatif nganterin dia les pas sopirnya sakit, bantuin nyariin dompetnya yang hilang, sampai bantuin dia ngeganti ban pas ban mobilnya kempes di jalan. Kalo elo ada disaat-saat kayak gini, minimal elo akan dianggap the sweet boy (bukan muka lo yang manis ya!).
Setelah itu dijamin, jalan untuk nembak terbuka lebar.

3. Humor

Wanita sangat suka cowok yang humoris. Membuat wanita tertawa bisa mengembalikan moodnya yang hilang. Mungkin doi lelah seharian di tempat kerja atau habis berantem dengan teman kuliah, nah di saat-saat itu anda harus bisa membuat hatinya senang lagi. Humor salah satunya.

4. Dicemburuin

Cewek senang di cemburuin, itu fakta. Walaupun kamu tidak cemburu cobalah untuk sesekali mengeluarkan komentar-komentar bernada cemburu, misalnya; Kamu kok sering banget sih jalan sama cowok itu. Kan aku jealous lho! atau Siapa sih cowok itu, kok baru denger namanya. Mukanya kayak gimana? .

5. Jadi decision maker yang baik buat dirinya

Wanita butuh pendamping, setidaknya bisa membantunya mengambil keputusan yang tepat. Selalu siap dengan jawaban tentu saja dengan alasan yang mantap juga, jangan asal kasih saran. dengan cara itu cewek bisa menilai anda sebagai pria yang tepat untuk bertanya.

6. Telpon or SMS di jam tidur atau pagi hari

Standar sih. Nggak usah dengan kata-kata rayuan pulau kelapa kok. Kata-kata kayak wake up sleepy heads! aja udah bisa bikin dia senyum kok. Minimal dia
tau, kalo dia lagi diperhatiin orang. Triknya: pilih aja satu waktu. Bisa pas jam tidur atau pas bangunnya. Kalo dua-duanya kesannya kayak satpam ya? dan
inget: jangan salah kirim!

7. Kasih kepercayaan

Kalo lo lagi pendekatan sama cewek atau udah punya cewek sekali pun. Coba deh yang satu ini. Kasih dia tugas yang ngelibatin kepercayaan. Misalnya,
minta dia untuk be a nice girl selama lo pergi. Bisa juga dengan minta tolong sama dia untuk ngerawat gitar kesayangan lo selama lo diluar kota. Inget, cewek itu kadang suka banget kalo dikasi kepercayaan. Karena itu nunjukkin kalo kita pengen banget jadi temen deketnya.

8. Dimanjain

Standar lah. Masak gak bisa sih? Kuncinya sih cuma satu: tau momen yang pas. Perhatiin dengan baik, gesture tubuh seorang cewek. Kalo dia mulai merapat di badan lo, berarti dia pengen dipeluk. Kalo udah mulai lengan baju, berarti dia pengen di gandeng. Kalo udah ngomong dengan gaya anak-anak, berarti tuh cewek pengen dibelai rambutnya. As simple as that!

9. Akrab dengan sahabat dan keluarganya

Yang ini gampang-gampang susah. Butuh keberanian dan sedikit improvisasi. Tujuannya agar si cewek mengetahui keseriusan anda. Dan jangan jadi naksir best friend-nya ya. Wah, bisa ngerusak hubungan orang lo! Bisa akrab dengan orang-orang di deketnya itu nunjukkin kalo elo itu supel dan mau menerima lingkungan dia. Kalo lo udah berhasil disini, sebenernya sih langkah lo udah enteng!

10. Ajak jalan-jalan

Salah satu cara membuat cewek mood dan tidak bete lagi, ajak jalan-jalan. Ke mall atau tempat rekreasi. Dampingi dan buat hatinya senang. Walaupun masalah si wanita tidak selesai tapi setidaknya ada anda yang bisa membuat moodnya kembali.

--
0


Kenapa banyak pria telat nikah? jika anda bertanya ini kepada pria-pria usia 30-an tahun ke atas anda akan mendapatkan jawaban yang beragam. Berikut ini 9 Alasan Pria Telat Nikah yang di rangkum dari beberapa jawaban para pria mapan yang memilih hidup membujang.

1. Tidak ada ikatan dan tanggung jawab. Seorang pria dapat berhubungan seks dengan pacarnya tanpa harus terikat dengan status pernikahan. Jika tujuan dari pernikahan adalah untuk seks maka pria-pria mapan ini sudah mendapatkannya dari berpacaran.

2. Apa-apa yang pria dapatkan dalam pernikahan bisa di dapatkan melalui pacaran. Perhatian khusus dari wanita yang mencintainya bisa di peroleh tanpa menikah.

3. Resiko pernikahan adalah perceraian. Beberapa pria tidak mau mengambil resiko finansial dengan membiayai mantan istri yang telah diceraikannya.

4. Mereka ingin menunggu sampai berusia lebih tua baru memiliki anak-anak. Soalnya, begitu punya anak, pria umumnya ingin memberi hanya yang terbaik. Termasuk kehidupan serta pendidikan terbaik bagi anak-anaknya.

5. Kompromi adalah salah satu syarat utama langgengnya pernikahan. Banyak pria tidak rela melepas kebebasannya dengan menikah.

6. Beberapa pria menunggu cinta sejatinya.

7. Tekanan sosial. Status finansial yang tidak cukup membuat beberapa pria takut menikah.

8. Pria tidak mau menikahi wanita yang telah mempunyai anak.

9. Banyak pria ingin mapan dulu sebelum menikah. Contohnya punya rumah dan kendaraan pribadi.

Jika anda salah seorang pria yang juga belum menikah padahal usia anda sudah cukup. Mungkin salah satu alasan pria tidak menikah di atas adalah alasan anda.

--
0


Berpisah itu mudah tetapi melupakan adalah hal paling susah di lakukan. Bagaimana bisa melupakan jika banyak cerita romantis antara anda dan mantan pacar anda yang anda lalui bersama. Melupakan mantan pacar menjadi hal tersulit dibanding apapun.

Melupakan mantan pacar memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Seperti lirik lagu Elvy Sukaesih.. Mau makan teringat padamu, mau tidur teringat padamu, mau apapun teringat padamu..

Untuk anda yang sampai saat ini masih susah melupakan mantan pacar, beberapa tips di bawah ini mungkin bisa membantu anda.

9 Cara Melupakan Mantan Pacar/Kekasih

1. Jauhkan Ingatan Tentang Dia
Satukan semua benda atau pemberian dari mantan pacar anda ke satu tempat khusus dan simpan jauh-jauh di tempat yang anda susah melihatnya. Bisa anda simpan dalam satu kardus kemudian simpan di gudang, atau bisa juga anda berikan ke orang lain.

2. Jangan Mengingat Kebaikan Mantan
Bukan berarti anda bersikap egois, tetapi kadang perasaan bisa luluh hanya dengan mengingat kebaikan-kebaikan mantan kita. kalau ingin mengingat lebih baik ingat hal-hal apa yang membuat anda berdua berpisah. Keinginan untuk kembali ke mantan sangat kuat apalagi jika anda baru berpisah beberapa minggu. Lupakan semua kebaikannya.

3. Jangan membanding-bandingkan
Punya kekasih baru tapi masih sulit melupakan mantan kekasih? Jangan membanding-bandingkan. Semua orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

4. Hiduplah Sekarang, Bukan Di Masa Lalu
Seperti benang layangan yang putus. Sekuat apapun anda berusaha menyambungnya, bekas sambungannya akan tetap kelihatan juga. Demikian juga dengan hubungan pacaran yang berpisah karena prinsip yang berbeda. Hiduplah di masa sekarang, masa lalu hanya kenangan dan biarkan cerita lalu anda jadi bagian dari sejarah hidup anda. Mungkin mantan pacar anda juga sedang memikirkan anda seperti anda sedang memikirkan dia, tetapi itu bukan alasan hubungan bisa kembali seperti dulu. Hiduplah! mengenang hanya untuk orang-orang tua saja.

5. Hindari nostalgia
Jangan tangisi apa yang bukan milikmu. Kegagalan sesungguhnya adalah tidak tercapainya apa yang memang bukan hak kita. Berhentilah bernostalgia dan mengenang cerita lama anda. Tidak ada gunanya memasukkan hal-hal tidak penting ke dalam kepala. Hindari berkunjung ke tempat-tempat yang memungkinkan anda mengingat mantan pacar anda, hindari melihat benda-benda kenangan anda berdua. yang lalu biarkan berlalu, sudah saatnya anda menatap ke depan. Menjadi bahagia adalah hak anda.

6. Akuilah Bahwa Anda Terluka
Sekuat apapun orang jika sedang patah hati pasti hatinya jadi labil dan galau. Kita manusia adalah makhluk yang lemah dan juga tegar. Pertama-tema terimalah bahwa apa-apa yang kita alami memang sudah kodratnya begitu, dengan menerima kita menjadi pasrah dan menyerahkannya semua kepada Yang Maha Kuasa.

7. Lepaskanlah emosi negatif dari dalam diri
Menangislah, tidak perlu menahan tangisan. Kesedihan adalah energi negatif yang harus di keluarkan. Bisa dengan cara menangis atau berteriak. Yang paling bagus jika anda ke laut dan duduk diam menatap air laut. Air laut yang asin memiliki kemampuan menarik energi negatif dalam tubuh. Tidak usah berteriak, duduk diam di pinggir laut sudah bisa mengeluarkan energi negatif dan beban-beban anda.

8. Berkumpul dengan teman-teman
Tertawa dan ngumpul bareng teman-teman bisa membantu anda melepaskan energi energi negatif dalam diri anda. Curhat dan konsultasi ke teman juga akan membantu anda berpikir jernih.

9. Tetap Berpikir Positif
Kata orang-orang tua, ketika satu pintu tertutup sembilan pintu lain akan terbuka untuk kita. Kita tidak melihatnya karena kita terlalu larut dalam kesedihan. Berpikir positiflah dan tetap berprasangka baik.

Demikian beberapa tips cara melupakan mantan pacar. Jangan lupa tetap berdoa kepada Tuhan dan belajar dari pengalaman. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Apa-apa yang kita alami adalah pembelajaran untuk menghadapi hal-hal yang lebih penting di masa depan.